KEUTAMAAN TAHMID, TAHLIL, TASBIH DAN TAKBIR
فَضْلُ التَّحْمِيْدِ وَ التَّهْلِيْلِ وَ التَّسْبِيْحِ وَ التَّكْبِيْرِ
Rasûlullâh saw bersabda dalam beberapa haditsnya sebagai berikut :
قَالَ رَسُولُ اللهِ : (مَنْ قَالَ : [ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمدُ, وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ], فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ, كَنَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ, وَ كُتِبَ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ, وَ مُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ, وَ كَنَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ, وَ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ رَجُلٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْهُ
(متفق عليه)
Artinya :
“Rasûlullâh saw bersabda : Barangsiapa membaca :
lâ ilâha illallâhu wahdahu lâ syarîka lahû, lahûl-mulku wa lahûl-hamdu wa huwa ‘alâ kulli syai-in qadîr
(Tidak ada Tuhan kecuali Allâh Yang Maha Esa yang tiada sekutu bagi-Nya, baginya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia kuasa atas segala sesuatu)
100 (seratus) kali dalam 1 (satu) hari, maka ia (mendapat pahala) sama dengan memerdekakan 10 (sepuluh) hamba sahaya, dan dia dipastikan akan mendapat (pahala) 100 (seratus) kebaikan dan akan dihapus daripadanya 100 (seratus) kesalahannya serta dia akan dipelihara dari gangguan syaithan pada hari itu hingga sore hari; dan tidaklah seseorang akan mendapatkan yang lebih baik dari itu (keutamaan), melainkan seseorang yang mau mengamalkan lebih banyak lagi”
(Muttafaqun ‘alaihi)
وَ قَالَ : مَنْ قَالَ [ سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ ] فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ, حُطَّتْ عَنْهُ خَطَايَاهُ وَ إِنْ كَنَتْ مِثْلُ زَبَدِ الْبَحْرِ
(متفق عليه)
Artinya :
“Dan Nabi saw bersabda : Barangsiapa membaca :
subhânallâhi wa bihamdihî
(Maha Suci Allâh dan dengan memuji-Nya)
100 (seratus) kali dalam 1 (satu) hari, maka akan dihapus dosa-dosanya sekalipun sebanyak buih di lautan ”
(Muttafaqun ‘alaihi)
قَالَ رَسُولُ اللهِ : كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ, ثَقِيْلَتَانِ فِ الْمِيْزَانِ, حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَانِ : [ سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ, سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ ]
(متفق عليه)
Artinya :
“Ada 2 (dua) ucapan/kalimat yang ringan diucapkan tetapi berat dalam timbangan dan dicintai oleh Allâh yang Maha Pemurah, yaitu : subhânallâhi wa bihamdihî, subhânallâhil-azhîm
(Maha Suci Allâh dan dengan memuji-Nya, Maha Suci Allâh lagi Maha Agung)”
(Muttafaqun ‘alaihi)
قَالَ رَسُولُ اللهِ : َلأَنْ أَقُوْلَ [ سُبْحَانَ اللهِ, وَ الْحَمْدُ ِللهِ, وَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, وَ اللهُ أَكْبَرُ ], أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
(أخرجه مسلم)
Artinya :
“Rasûlullâh saw bersabda : Sungguh aku lebih senang membaca : Subhânallâhi wal-hamdulillâhi wa lââ ilâha illallâhu wallâhu akbaru daripada terbitnya matahari”
(H.R. Muslim)
قَالَ رَسُولُ اللهِ : أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَرْبَعٌ, لاَ يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ, [ سُبْحَانَ اللهِ, وَ الْحَمْدُ ِللهِ, وَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, وَ اللهُ أَكْبَرُ ]
(خرّجه مسلم)
Artinya :
“Rasûlullâh saw bersabda : Bacaan yang paling dicintai Allâh Ta’âlâ ada empat, yang tidak salah engkau mulai dari mana saja, yaitu : Subhânallâhi wal-hamdulillâhi wa lââ ilâha illallâhu wallâhu akbaru”
(H.R. Muslim)
قَالَ رَسُولُ اللهِ : أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبُ كُلَّ يَومٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ ؟ فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ : كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ ؟ قَالَ : يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ, فَتُكْتَبُ أَلْفَ حَسَنَةٍ, أَوْ تُحَّطُ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيْئَةٍ
(خرّجه مسلم)
Artinya :
“Rasûlullâh saw bersabda : Apakah seseorang di antaramu tidak mampu berbuat 1000 (seribu) kebaikan setiap hari ?. Lalu ada seorang dari kawan-kawan duduknya itu bertanya kepada Beliau : Bagaimana seseorang diantara kami ini dapat berbuat 1000 (seribu) kebaikan ?. Rasûlullâh saw menjawab, yaitu : Ia membaca tasbih (Subhânallâh) 100 (seratus) kali, maka baginya akan ditulis 1000 (seribu) kebaikan, atau dihapus daripadanya 1000 (seribu) kelasahannya”
(H.R. Muslim)
عَنْ جُوَيْرِيَةَ أُمُّ الْمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا, أَنَّ النَّبِيَّ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهَا بُكْرَةً حِيْنَ صَلَّى الصُّبْحَ وَ هِيَ فِي مَسْجِدِهَا, ثُمَّ رَجَعَ بَعْدَ أَنْ أَضْحَ وَ هِيَ جَالِسَةٌ فَقَالَ : مَ زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا ؟ قَالَتْ : نَعَمْ. فَقَالَ النَّبِيُّ : لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلَمَاتٍ, ثَلاَثَ مَرَّاتٍ, لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ : [ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ, سُبْحَانَ اللهِ رِضَى نَفْسِهِ, سُبْحَانَ اللهِ زِنَةَ عَرْشِهِ, سُبْحَانَ اللهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ ]
(خرّجه مسلم)
Artinya :
“Dari Juwariyah ummul mu’min r.a. : Sesungguhnya Nabi saw pernah keluar dari tempatnya pagi-pagi seusai shalât Subuh sedangkan dia (Juwariyah) berada di tempat shalâtnya. Kemudian Nabi saw kembali sesudah shalât Dhuhâ sedangkan Juwariyah masih tetap duduk (di tempatnya itu). Lalu Nabi saw bertanya : Apakah engkau tetap pada tempatmu itu sejak kutinggalkan tadi ? Juwariyah menjawab : Ya. Lalu Nabi saw bersabda : Sungguh sesudah darimu tadi aku membaca 4 (empat) kalimat sebanyak 3 (tiga) kali, yang andaikata ditimbang dengan apa yang engkau baca (dari tadi) pada hari ini, niscaya akan seimbang, yaitu :
Subhânallâhi ‘adada khalqihî (Maha Suci Allâh sebanyak makhluq-Nya), Subhânallâhi ridhâ nafsihî (Maha Suci Allâh sebanyak yang diridhâi oleh diri-Nya), Subhânallâhi zinata ‘arsyihî (Maha Suci Allâh seberat ‘arsy-Nya), Subhânallâhi midâda kalimatihî (Maha Suci Allâh sepanjang kalimat-Nya)”
(H.R. Muslim)
قَالَ ِلإَعْرَابِىٍّ : قُلْ [ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِكَ لَهُ, اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَ الْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا, وَ سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قَوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ ] قَالَ فَهَؤُلآءِ لِرَبِّى, فَمَالِي ؟ قَالَ : قُلْ : [ اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِي, وَ ارْحَمْنِي, وَ اهْدِنِي, وَ عَافِنِي, وَ ارْزُقْنِي ]
(خرّجه مسلم)
Artinya :
“Nabi saw bersabda kepada seorang ‘Arab Baduwi : Ucapkanlah :
lââ ilâha illallâhu wahdahu lâ syarika lahû, Allâhu akbar kabirâ, wal-hamdulillâhi katsîrâ, wa subhânallâhi rabbil ‘âlamîn, wa lâ hawla wa lâ quwwata illa billâhi-‘azîzil-hakîm. Si Baduwi itu lalu berkata : Itu semua adalah untuk Rabbku, lalu apa yang untukku ? Nabi saw menjawab : Ucapkanlah :
Allâhummaghfirlî warhamnî wahdinî wa ‘âfinî warzuqnî
(Yâ Allâh yâ Tuhanku, ampunilah aku, sayangilah aku, tunjukilah aku, lindungilah aku dan berilah aku rizqi)”
(H.R. Muslim)
قَالَ النَّبِيُّ : لَقِيْتُ إِبْرَاهِيْمَ لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِي فَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَقْرِئْ أُُمَّتَكَ مِنِى السَّلاَمَ, وَ أَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةٌ التُّرْبَةِ, عَذْبَةُ الْمَاءِ, وَ أَنَّهَا قِيْعَانٌ, وَ أَنَّ غِرَاسَهَا : [ سُبْحَانَ اللهِ, وَ الْحَمْدُ ِللهِ, وَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, وَ اللهُ أَكْبَرُ ]
(قال الترمذى : حديث حسن)
Artinya :
“Nabi saw bersabda : Aku pernah bertemu Ibrâhîm pada malam ketila aku di-Isra’-kan. Lalu Ibrâhîm berkata : Hai Muhammad, sampaikanlah salamku kepada ummatmu, dan beritahulah mereka, bahwa surga itu adalah tanahnya sangat baik, airnya tawar, dan sesungguhnya surga itu adalah tanah yang penuh dengan ketenangan, tanaman-tanamannya ialah Subhânallâhi wal-hamdulillâhi wa lââ ilâha illallâhu wallâhu akbaru”
(H.R. Tirmidzî dan ia berkata : Hadits ini hasan)
قَالَ النَّبِيُّ : أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ ؟ فَقُلْتُ : بَلَى يَا رَسُولُ اللهِ. قَالَ : قُلْ [ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قَوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ ]
(متفق عليه)
Artinya :
“Nabi saw bersabda : Maukah engkau kutunjukkan suatu gudang dari antara gudang-gudang surga ? Aku (shababat) berkata : Mau, yâ Rasûlullâh. Maka Rasûlullâh menjawab, yaitu : lâ hawla wa lâ quwwata illa billâh (tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allâh)”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Jumat, 26 Maret 2010
Keutamaan membaca Al-qur'an
Keutamaan Al-Qur’an yang terbesar bahwa ia merupakan kalam Allah SWT. Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah. Al-Qur’an memberikan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus. Tidak ada keburukan di dalamnya, oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Rasulullah SAW bersabda, ”Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori).
Rasulullah SAW selalu membaca Al-Qur’an. Beliau juga suka mendengarkan bacaan dari sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas’ud. Beliau berlinang air matanya bila membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an, seperti yang dikisahkan dalam sebuah hadist dari Ibnu Mas’ud: Suatu ketika Rasulullah SAW meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al-Qur’an. Ibnu Mas’ud berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah saya membacakan untukmu, padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu?”. Dijawab nabi SAW: “Saya ingin mendengar dari orang lain”. Ibnu Mas’ud berkata, ”Maka saya bacakan surat An Nisa hingga sampai pada ayat “Fa kaifa idzaa ji’na min kulli ummatin bisyahidin waji’na bika ’ala ha’ula’i syahiida” (Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan untuk setiap ummat saksinya dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas semua ummat itu). Nabi bersabda, “Cukuplah sampai di sini”. Saya menoleh melihat nabi SAW sedang bercucuran air mata.“ {HR. Bukhori dan Muslim}.
Sahabat Rasulullah SAW juga selalu membaca Al-Qur’an. Ketika mereka menemukan ayat yang berkaitan dengan azab Allah, mereka membacanya berulang-ulang hingga berlinang air mata. Abu Bakar RA, jika beliau menjadi imam ketika sholat, maka akan terdengar isakan tangis beliau. Suatu ketika seorang sahabat ingin ke pasar mendapati Asma binti Abu Bakar membaca salah satu ayat diulang-ulang sambil menangis. Ketika sahabat tersebut kembali dari pasar, ia masih membaca ayat yang sama sambil menangis. Itulah sikap Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an. Kita sebagai ummat dan sebagai generasi penerusnya berusaha untuk bersikap seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an.
Banyak keutamaan yang telah diraih oleh Rasulullah SAW dan sahabatnya disebabkan mereka banyak membaca dan merenungkan isi kandungan Al-Qur’an. Bahkan diantara sahabat Rasulullah SAW ada yang menyaksikan dan merasakannya secara langsung. Diantara keutamaan membaca Al-Qur’an, yaitu:
Akan mendapat rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai 2 ahli diantara manusia”. Sahabat bertanya, ”Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Ahli Al-Qur’an adalah ahli Allah, dan orang-Nya khusus.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda: Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Al-Qur’an, “Bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena manzilah-mu terletak di akhir ayat yang engkau baca. “ (HR Tirmidzi)
Al-Qur’an akan menjadi penolong di hari kiamat
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an bertemu pembacanya pada hari kiamat saat kuburannya dikuak, dalam rupa seorang laki-laki yang pucat. Dia (Al-Qur’a) bertanya, “apakah engkau mengenalku? Dia menjawab, “aku tidak mengenalmu!”. Al-Qur’an berkata, “Aku adalah temanmu, Al-Qur’an, yang membuatmu kehausan pada siang hari yang panas dan membuatmu terjaga pada malam hari. Sesungguhnya pedagang itu mengharapkan hasil dagangannya, dan sesungguhnya pada hari ini aku adalah milikmu dari hasil seluruh perdaganganmu, lalu dia memberikan hak milik orang itu Al-Qur’an dengan tangan kanan dan memberikan keabadian dengan tangan kirinya, lalu di atas kepalanya disematkan mahkota yang berwibawa, sedangkan Al-Qur’an mengenakan 2 pakaian yang tidak kuat disangga oleh dunia. Kedua pakaian ini bertanya, “Karena apa kami engkau kenakan?”. Ada yang menjawab: “Karena peranan Al-Qur’an. Kemudian dikatakan kepada orang itu,”Bacalah sambil naik ketingkatan-tingkatan syurga dan biliknya, maka dia naik sesuai dengan apa yang dibacanya, baik baca dengan cepat, maupun dengan tartil.” (HR Ahmad).
Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat, sebagai pembela pada orang yang mempelajari dan mentaatinya.” (HR Muslim).
Dari An Nawas bin Sam’an, Rasulullah SAW bersabda, ”Pada hari kiamat akan didatangkan Al-Qur’an dan orang-orang yang mempraktekan di dunia, didahului oleh surah Al Baqarah dan Ali Imran yang akan membela dan mempertahankan orang-orang yang mentaatinya.” (HR. Muslim)
Setiap huruf akan mendapat 10 ~ 700 pahala
Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah bersabda, ” Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka akan mendapat hasanat dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat 10 kali. Saya tidak berkata Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dn Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)
Akan mendapat doa dari para malaikat
Dari Aisyah ra, Raslullah SAW bersabda, ”Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an akan berkumpul para malaikat yang mulia-mulia lagi taat. Sedang siapa orang yang megap-megap dan berat jika membaca Al-Qur’an, mendapat pahala 2 kali lipat.” (HR Bukhori, Muslim)
Akan mendapat ketenangan
Dari Al Barra bin Azib RA, “ Ada seorang membaca surat Al Kahfi sedang tidak jauh dari tempatnya, ada kuda yang terikat dengan tali kanan kiri, tiba-tiba orang itu diliputi oleh cahaya yang selalu mendekat kepadanya, sedang kuda itu lari ketakutan. Dan pada pagi hari ia datang memberi tahu kejadian itu kepada nabi SAW, maka bersabda nabi SAW, ”Itulah ketenangan (rahmat) yang telah turun untuk bacaan Al-Qur’an itu.” (HR Bukhori dan Muslim).
Rasulullah SAW selalu membaca Al-Qur’an. Beliau juga suka mendengarkan bacaan dari sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas’ud. Beliau berlinang air matanya bila membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an, seperti yang dikisahkan dalam sebuah hadist dari Ibnu Mas’ud: Suatu ketika Rasulullah SAW meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al-Qur’an. Ibnu Mas’ud berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah saya membacakan untukmu, padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu?”. Dijawab nabi SAW: “Saya ingin mendengar dari orang lain”. Ibnu Mas’ud berkata, ”Maka saya bacakan surat An Nisa hingga sampai pada ayat “Fa kaifa idzaa ji’na min kulli ummatin bisyahidin waji’na bika ’ala ha’ula’i syahiida” (Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan untuk setiap ummat saksinya dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas semua ummat itu). Nabi bersabda, “Cukuplah sampai di sini”. Saya menoleh melihat nabi SAW sedang bercucuran air mata.“ {HR. Bukhori dan Muslim}.
Sahabat Rasulullah SAW juga selalu membaca Al-Qur’an. Ketika mereka menemukan ayat yang berkaitan dengan azab Allah, mereka membacanya berulang-ulang hingga berlinang air mata. Abu Bakar RA, jika beliau menjadi imam ketika sholat, maka akan terdengar isakan tangis beliau. Suatu ketika seorang sahabat ingin ke pasar mendapati Asma binti Abu Bakar membaca salah satu ayat diulang-ulang sambil menangis. Ketika sahabat tersebut kembali dari pasar, ia masih membaca ayat yang sama sambil menangis. Itulah sikap Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an. Kita sebagai ummat dan sebagai generasi penerusnya berusaha untuk bersikap seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an.
Banyak keutamaan yang telah diraih oleh Rasulullah SAW dan sahabatnya disebabkan mereka banyak membaca dan merenungkan isi kandungan Al-Qur’an. Bahkan diantara sahabat Rasulullah SAW ada yang menyaksikan dan merasakannya secara langsung. Diantara keutamaan membaca Al-Qur’an, yaitu:
Akan mendapat rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai 2 ahli diantara manusia”. Sahabat bertanya, ”Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Ahli Al-Qur’an adalah ahli Allah, dan orang-Nya khusus.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda: Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Al-Qur’an, “Bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena manzilah-mu terletak di akhir ayat yang engkau baca. “ (HR Tirmidzi)
Al-Qur’an akan menjadi penolong di hari kiamat
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an bertemu pembacanya pada hari kiamat saat kuburannya dikuak, dalam rupa seorang laki-laki yang pucat. Dia (Al-Qur’a) bertanya, “apakah engkau mengenalku? Dia menjawab, “aku tidak mengenalmu!”. Al-Qur’an berkata, “Aku adalah temanmu, Al-Qur’an, yang membuatmu kehausan pada siang hari yang panas dan membuatmu terjaga pada malam hari. Sesungguhnya pedagang itu mengharapkan hasil dagangannya, dan sesungguhnya pada hari ini aku adalah milikmu dari hasil seluruh perdaganganmu, lalu dia memberikan hak milik orang itu Al-Qur’an dengan tangan kanan dan memberikan keabadian dengan tangan kirinya, lalu di atas kepalanya disematkan mahkota yang berwibawa, sedangkan Al-Qur’an mengenakan 2 pakaian yang tidak kuat disangga oleh dunia. Kedua pakaian ini bertanya, “Karena apa kami engkau kenakan?”. Ada yang menjawab: “Karena peranan Al-Qur’an. Kemudian dikatakan kepada orang itu,”Bacalah sambil naik ketingkatan-tingkatan syurga dan biliknya, maka dia naik sesuai dengan apa yang dibacanya, baik baca dengan cepat, maupun dengan tartil.” (HR Ahmad).
Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat, sebagai pembela pada orang yang mempelajari dan mentaatinya.” (HR Muslim).
Dari An Nawas bin Sam’an, Rasulullah SAW bersabda, ”Pada hari kiamat akan didatangkan Al-Qur’an dan orang-orang yang mempraktekan di dunia, didahului oleh surah Al Baqarah dan Ali Imran yang akan membela dan mempertahankan orang-orang yang mentaatinya.” (HR. Muslim)
Setiap huruf akan mendapat 10 ~ 700 pahala
Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah bersabda, ” Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka akan mendapat hasanat dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat 10 kali. Saya tidak berkata Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dn Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)
Akan mendapat doa dari para malaikat
Dari Aisyah ra, Raslullah SAW bersabda, ”Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an akan berkumpul para malaikat yang mulia-mulia lagi taat. Sedang siapa orang yang megap-megap dan berat jika membaca Al-Qur’an, mendapat pahala 2 kali lipat.” (HR Bukhori, Muslim)
Akan mendapat ketenangan
Dari Al Barra bin Azib RA, “ Ada seorang membaca surat Al Kahfi sedang tidak jauh dari tempatnya, ada kuda yang terikat dengan tali kanan kiri, tiba-tiba orang itu diliputi oleh cahaya yang selalu mendekat kepadanya, sedang kuda itu lari ketakutan. Dan pada pagi hari ia datang memberi tahu kejadian itu kepada nabi SAW, maka bersabda nabi SAW, ”Itulah ketenangan (rahmat) yang telah turun untuk bacaan Al-Qur’an itu.” (HR Bukhori dan Muslim).
Kamis, 18 Maret 2010
TERORIS DI INDONESIA
WAJAH BARU TERORIS DI INDONESIA
Tulisan ini sekedar menghubungkan peristiwa terorisme yang terjadi belakangan ini berdasarkan apa yang saya lihat dalam media pers baik televisi atau media cetak, teroris yang saya maksud adalah teroris yang berafiliasi dengan Noordin M Top, mudah mudahan nyambung ….. :)
Saifudin Jailani .... Sang Maestro perekrut pelaku bom bunuh diri ...
Saifudin Jailani .... Sang Maestro perekrut pelaku bom bunuh diri ... Foto dari detik.com
Teroris di Indonesia memang telah bertransformasi dengan bentuk dan metode baru dalam menyebarkan teror…. hal itu wajar dalam setiap perbuatan manusia selalu belajar dari hal yang pernah dikerjakannnya, melakukan trial and error, apa yang bagus diteruskan dan tidak baik ditinggalkan….
Kalau kita melihat peristiwa teror bom pada tanggal 17 Juli di JW Marriot dan Ritz Carlton, saya melihat bahwa cara dan metode mereka melakukan aksinya berbeda dengan teror bomb sebelumnya seperti: Bali 1, Bali 2 , Kedutaan Australia dan beberapa aksi teror bom lainnya, antara lain :
1. Infiltrasi Agen : Hal ini yang sangat mengagumkan, seperti kita tahu bahwa Ibrohim alias Boim pekerja penata bunga di Hotel JW Marriot, telah disusupkan ke hotel ini 2 (dua) tahun sebelum peristiwa bomb terjadi, kenapa begitu lama ? kalau menurut saya ia disisipkan demikian lama untuk mengenal jengkal demi jengkal targetnya, kemudian membangun hubungan emosional dengan pekerja lain, sehingga pada saat ia “menyelundupkan” bom ke dalam Hotel tidak melalui pemeriksaan yang ketat atau bahkan tidak diperiksa, bahkan ia bisa memberi akses kepada orang lain si pelaku bom bunuh diri untuk masuk dan mempelajari situasi ….. cerdik bukan ? dan tidak heran pelaksanaan aksi teror bomb “almost perfect” dan jadilah Boim sebagai “jendral lapangan” pengendali aksi ….
2. Rekrutment: Telah terjadi juga perubahan yang sangat berbeda, kelompok teroris ini ternyata menggunakan pemuda yang sangat belia sebagai pelaku bom bunuh diri, secara psikologis memang usia ini masih sangat labil, sehingga gampang dimasuki suatu pemahaman yang radikal yang menganjurkan mereka untuk mengorbankan dirinya…. Ditambah lagi dimasuki seorang yang sangat mengusasai tentang pemahaman tersebut Saifudin Jailani seorang sarjana cemerlang lulusan Yaman. Kenapa mereka berbuat ini ? Menurut saya kembali ke masalah efisiensi, mereka bisa merekrut banyak orang dalam waktu singkat, dan menjadikan mereka pasukan Martir, berbeda hal nya mereka mengambil calon dari pesantren atau akademisi yang lebih “berisi” pemahamannya… tingkat kegagalan ? pasti tinggi kan ? mereka pasti lebih banyak “berdebat” ketimbang memberi pengertian kepada mereka yang masih “hijau” …
3. Target Sasaran: Ada perubahan jenis target, pada aksi berikutnya walaupun keburu digagalkan oleh Densus 88, mereka mengincar Pemerintahan atau Kepala Negara yaitu Presiden… Selama ini kita mengenal kelompok ini selalu mentargetkan Amerika Serikat dan Sekutunya negara barat lainnya berikut kepentingannya, namun sekarang mereka menargetkan juga Presiden, Istana Presiden dan Lambang negara lainnya, kenapa hal ini terjadi ? Menurut saya bisa banyak hal, terungkap dari media yang saya baca, mereka merasa dendam atas dieksekusinya ketiga rekan mereka Amrozi Cs, ada hal lain yang bisa saya lihat … mungkin juga sebagai ungkapan frustasi kelompok ini karena ternyata sangat sulit mewujudkan cita cita mereka dan cara yang paling efektif menurut mereka adalah membunuh kepala negara, yang jelas mereka belajar dari Pembunuhan Rajif Gandhi, Anwar Sadat dan Hariri… Mereka ingin menimbulkan chaos dan kepanikan dari masyarakat dan memanfaatkan situasi kekosongan kekuasaan seandainya aksi pembunuhan ini berhasil dan yang lebih penting menyampaikan pesan bahwa mereka telah membunuh kepala negara “sekuler” yang tidak sesuai dengan tujuan dan cita cita mereka.
4. Pola Waktu Eksekusi: Terungkap dalam penjelasan Kapolri kepada pers bahwa kalau tidak tertangkap duluan mereka akan melaksanakan aksinya lagi 14 hari setelah peristiwa pertama, dan akan dilakukan aksi lain dengan waktu yang berdekatan. Kalau kita melihat peristiwa sebelumnya, peristiwa bom Bali 1 , 2 , Bom Kedutaan Australia dan Bom Kuningan jarak peristiwa satu dan lainnya bisa bulanan hingga tahunan, tapi dalam aksi yang terbaru mereka merencanakan aksi terus menerus dan tanpa henti dalam jarak waktu hanya dalam hitungan hari, hal ini terindikasi dengan besarnya persediaan bahan peledak dan terungkapnya banyak calon pelaku bom bunuh diri dikabarkan Saifudin Jailani telah merekrut 15 orang yang siap melaksanakan aksinya, kenapa hal ini terjadi ? Menurut pendapat saya hal ini merupakan trend baru aksi teror, seperti yang terjadi di serangan di kota Mumbai dan aksi teror masif di Pakistan, mereka ingin menjadikan Indonesia sebagai “area perang” yang nyata… pola perjuangan mereka menjadi “urban war” atau perang kota…. yang pastinya akan menimbulkan kepanikan masyarakat yang luar biasa…tentunya untuk percepatan pencapaian tujuan mereka…
Kesimpulan
Memang masih banyak lagi “perbedaan” yang bisa saya lihat, tapi menurut saya sifatnya sangat teknis kepolisian …. Memang kelompok teroris adalah kelompok yang sangat cepat bertransformasi dan beradaptasi dengan cara dan metode baru, hal ini wajar karena kelompok ini selalu diburu dan hal ini adalah cara mereka untuk tetap survive dan eksis…. Mudah mudahan tulisan saya sedikit memberi pemikiran kepada kita semua, bagaimana cara yang paling efektif untuk melawan aksi teror dengan wajah baru mereka…. sudah dapat metodanya ? jangan khawatir mereka pasti menemukan cara yang lebih baru ….
Saya sih berharap keberuntungan tidak akan pernah berpihak kepada mereka … NO PLACE FOR TERRORISM !
Tulisan ini sekedar menghubungkan peristiwa terorisme yang terjadi belakangan ini berdasarkan apa yang saya lihat dalam media pers baik televisi atau media cetak, teroris yang saya maksud adalah teroris yang berafiliasi dengan Noordin M Top, mudah mudahan nyambung ….. :)
Saifudin Jailani .... Sang Maestro perekrut pelaku bom bunuh diri ...
Saifudin Jailani .... Sang Maestro perekrut pelaku bom bunuh diri ... Foto dari detik.com
Teroris di Indonesia memang telah bertransformasi dengan bentuk dan metode baru dalam menyebarkan teror…. hal itu wajar dalam setiap perbuatan manusia selalu belajar dari hal yang pernah dikerjakannnya, melakukan trial and error, apa yang bagus diteruskan dan tidak baik ditinggalkan….
Kalau kita melihat peristiwa teror bom pada tanggal 17 Juli di JW Marriot dan Ritz Carlton, saya melihat bahwa cara dan metode mereka melakukan aksinya berbeda dengan teror bomb sebelumnya seperti: Bali 1, Bali 2 , Kedutaan Australia dan beberapa aksi teror bom lainnya, antara lain :
1. Infiltrasi Agen : Hal ini yang sangat mengagumkan, seperti kita tahu bahwa Ibrohim alias Boim pekerja penata bunga di Hotel JW Marriot, telah disusupkan ke hotel ini 2 (dua) tahun sebelum peristiwa bomb terjadi, kenapa begitu lama ? kalau menurut saya ia disisipkan demikian lama untuk mengenal jengkal demi jengkal targetnya, kemudian membangun hubungan emosional dengan pekerja lain, sehingga pada saat ia “menyelundupkan” bom ke dalam Hotel tidak melalui pemeriksaan yang ketat atau bahkan tidak diperiksa, bahkan ia bisa memberi akses kepada orang lain si pelaku bom bunuh diri untuk masuk dan mempelajari situasi ….. cerdik bukan ? dan tidak heran pelaksanaan aksi teror bomb “almost perfect” dan jadilah Boim sebagai “jendral lapangan” pengendali aksi ….
2. Rekrutment: Telah terjadi juga perubahan yang sangat berbeda, kelompok teroris ini ternyata menggunakan pemuda yang sangat belia sebagai pelaku bom bunuh diri, secara psikologis memang usia ini masih sangat labil, sehingga gampang dimasuki suatu pemahaman yang radikal yang menganjurkan mereka untuk mengorbankan dirinya…. Ditambah lagi dimasuki seorang yang sangat mengusasai tentang pemahaman tersebut Saifudin Jailani seorang sarjana cemerlang lulusan Yaman. Kenapa mereka berbuat ini ? Menurut saya kembali ke masalah efisiensi, mereka bisa merekrut banyak orang dalam waktu singkat, dan menjadikan mereka pasukan Martir, berbeda hal nya mereka mengambil calon dari pesantren atau akademisi yang lebih “berisi” pemahamannya… tingkat kegagalan ? pasti tinggi kan ? mereka pasti lebih banyak “berdebat” ketimbang memberi pengertian kepada mereka yang masih “hijau” …
3. Target Sasaran: Ada perubahan jenis target, pada aksi berikutnya walaupun keburu digagalkan oleh Densus 88, mereka mengincar Pemerintahan atau Kepala Negara yaitu Presiden… Selama ini kita mengenal kelompok ini selalu mentargetkan Amerika Serikat dan Sekutunya negara barat lainnya berikut kepentingannya, namun sekarang mereka menargetkan juga Presiden, Istana Presiden dan Lambang negara lainnya, kenapa hal ini terjadi ? Menurut saya bisa banyak hal, terungkap dari media yang saya baca, mereka merasa dendam atas dieksekusinya ketiga rekan mereka Amrozi Cs, ada hal lain yang bisa saya lihat … mungkin juga sebagai ungkapan frustasi kelompok ini karena ternyata sangat sulit mewujudkan cita cita mereka dan cara yang paling efektif menurut mereka adalah membunuh kepala negara, yang jelas mereka belajar dari Pembunuhan Rajif Gandhi, Anwar Sadat dan Hariri… Mereka ingin menimbulkan chaos dan kepanikan dari masyarakat dan memanfaatkan situasi kekosongan kekuasaan seandainya aksi pembunuhan ini berhasil dan yang lebih penting menyampaikan pesan bahwa mereka telah membunuh kepala negara “sekuler” yang tidak sesuai dengan tujuan dan cita cita mereka.
4. Pola Waktu Eksekusi: Terungkap dalam penjelasan Kapolri kepada pers bahwa kalau tidak tertangkap duluan mereka akan melaksanakan aksinya lagi 14 hari setelah peristiwa pertama, dan akan dilakukan aksi lain dengan waktu yang berdekatan. Kalau kita melihat peristiwa sebelumnya, peristiwa bom Bali 1 , 2 , Bom Kedutaan Australia dan Bom Kuningan jarak peristiwa satu dan lainnya bisa bulanan hingga tahunan, tapi dalam aksi yang terbaru mereka merencanakan aksi terus menerus dan tanpa henti dalam jarak waktu hanya dalam hitungan hari, hal ini terindikasi dengan besarnya persediaan bahan peledak dan terungkapnya banyak calon pelaku bom bunuh diri dikabarkan Saifudin Jailani telah merekrut 15 orang yang siap melaksanakan aksinya, kenapa hal ini terjadi ? Menurut pendapat saya hal ini merupakan trend baru aksi teror, seperti yang terjadi di serangan di kota Mumbai dan aksi teror masif di Pakistan, mereka ingin menjadikan Indonesia sebagai “area perang” yang nyata… pola perjuangan mereka menjadi “urban war” atau perang kota…. yang pastinya akan menimbulkan kepanikan masyarakat yang luar biasa…tentunya untuk percepatan pencapaian tujuan mereka…
Kesimpulan
Memang masih banyak lagi “perbedaan” yang bisa saya lihat, tapi menurut saya sifatnya sangat teknis kepolisian …. Memang kelompok teroris adalah kelompok yang sangat cepat bertransformasi dan beradaptasi dengan cara dan metode baru, hal ini wajar karena kelompok ini selalu diburu dan hal ini adalah cara mereka untuk tetap survive dan eksis…. Mudah mudahan tulisan saya sedikit memberi pemikiran kepada kita semua, bagaimana cara yang paling efektif untuk melawan aksi teror dengan wajah baru mereka…. sudah dapat metodanya ? jangan khawatir mereka pasti menemukan cara yang lebih baru ….
Saya sih berharap keberuntungan tidak akan pernah berpihak kepada mereka … NO PLACE FOR TERRORISM !
Intisari Khutbah Jum’at - 20050930
Masuk Kategori: Khutbah Jumat & Pengajian
Pada khutbah Jum’at kali ini, khatib mengetengahkan tema “Bagaimana caranya agar doa diijabah?”. Di bagian ini, aku menambahkan beberapa hal yg terkait dengan doa, sehingga aku kelompokkan artikel ini ke dalam kelompok Khutbah Jum’at dan Fiqh. Detail ttg do’a akan menyusul, demikian harap maklum ;-)
Di awal khutbah, khatib menyitir sebuah ayat dari surat Al Fushshilat (41) ayat 51. Terjemahnya sebagai berikut: “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.” Dari ayat tersebut, terlihat bahwa ALLOH ‘menyindir’ dan mengecam (sifat) manusia, yg mudah lupa jika diberi kenikmatan. Sebaliknya, jika mendapat kesulitan, walau sekecil apapun, maka dia akan menangis, berkeluh kesah dan berdoa meminta pertolongan kepada ALLOH SWT.
Hanya saja, perlu dicatat bahwa tidak semua manusia berbuat demikian. Masih ada manusia yg tetap mengingat ALLOH SWT baik di kala senang maupun di kala susah. Contoh manusia yg tetap mengingat ALLOH SWT di saat mendapat kenikmatan/kesenangan yg luar biasa banyaknya adalah Nabi Sulaiman as. Sedangkan Nabi Ayyub bisa menjadi contoh manusia yg tetap mengingat ALLOH baik di kala suka ataupun duka.
Pada hakikatnya doa mesti dilakukan dalam keadaan dan kondisi apapun. Kaya, miskin, suka, duka, sehat, sakit, tidak boleh menjadi penghambat untuk berdoa. Hal ini mengingatkan kita bahwa pada dasarnya MANUSIA BERGANTUNG HANYA KEPADA ALLOH SWT.
Rasululloh SAW sendiri bersabda bahwa doa merupakan inti ibadah!!!
Kita sendiri HARUS YAKIN bahwa doa kita DIKABULKAN…!!! Jika tidak dikabulkan di dunia, maka doa tersebut akan menjadi amalan kita di akhirat kelak.
Manusia memang ‘aneh’, seringkali di saat genting dia berdoa kepada ALLOH SWT seraya menjanjikan ini itu (bernadzar), tapi begitu ALLOH SWT mengangkat kesulitannya, pada saat itu pula dia melupakan nadzarnya itu. Dg kata lain, manusia begitu mudah mendurhakai ALLOH SWT yg telah menolongnya..!! (ini sesuai dg kutipan ayat yg dibaca khatib di awal khutbah).
Berikut beberapa tips agar doa dikabulkan ALLOH SWT:
1. Makanan, minuman, dan pakaian yg kita gunakan, pakai, dan konsumsi sehari-hari mestilah berasal dari rejeki yg HALAL. Ingat, 1 SUAP makanan yg haram akan menghalangi diterimanya ibadah kita selama sekian waktu, apalagi jika makanan haram tersebut telah menjadi daging…berarti kita telah menyiapkan diri kita masuk ke dalam neraka.
2. Menyucikan dan membersihkan diri, baik lahir-batin. Sebaiknya sebelum berdoa kita membersihkan diri (minimal berwudhu) untuk membersihkan lahir kita. Untuk membersihkan batin, kita bisa perbanyak dzikir dan istighfar.
3. Membaca sholawat Nabi. Tanpa menyertakan sholawat Nabi dalam berdoa, akan mengakibatkan doa menggantung (tidak jelas statusnya…)
4. Perbanyak puji2an kepada ALLOH SWT, karena hanya ALLOH SWT yg berhak utk segala puja dan puji. Puja dan puji bagi ALLOH bisa kita ambil dari Asmaul Husna.
5. Berdoalah di waktu2 dan tempat2 yg mustajab. Sebagai contoh, padang Arafah, di masjid, hari Jum’at, 1/3 malam terakhir, di antara 2 khutbah, saat hendak buka puasa, saat hendak sahur, dst.
6. Carilah waktu2 yg hening, agar kita bisa doa dg khusyuk. Misalnya di saat sujud, 1/3 malam terakhir, dst.
7. (Dianjurkan) Gunakan doa para Nabi/Rasul. Di Qur’an banyak sekali doa-doa para Nabi dan Rasul. Yg harus diingat adalah kita harus PAHAMI betul doa2 tersebut, agar meresap ke dalam hati. Namun, tidak ada salahnya juga berdoa dg cara kita sendiri, terutama bila kita punya hajat/kemauan. TIDAK ADA MASALAH BERDOA DG BAHASA SEHARI-HARI (bukan bahasa Arab).
8. Berdoalah yg wajar (diutamakan jika kita telah melakukan ikhtiar sebelumnya). Janganlah kita berdoa utk sesuatu yg tidak masuk akal. Contohnya kita minta diturunkan hujan uang, atau kita minta kaya tapi kita tidak berusaha/tidak bekerja, dst dst.
Ada manusia-manusia yg doanya tidak ditolak/mudah diijabah/mudah diterima+dikabulkan ALLOH SWT. Mereka antara lain:
1. Kedua orang tua, yg mendoakan keselamatan dan kesejahteraan bagi anak2nya. Bagi para orang tua, hendaklah berhati-hati menjaga lisannya, terutama pada saat emosi. Jika salah ucap, maka bukan kebahagiaan yg didapat anaknya, namun kutukan dan azab ALLOH yg diterima anaknya. Bagi kita yg orangtuanya masih hidup, hendaknya jangan sampai melukai hati orang tua.
2. Orang yg teraniaya. Dalam kasus ini, orang yg teraniaya adalah orang yg didzalimi, direbut dan diambil paksa hak2nya, dibohongi (diberi janji2 palsu). Insya ALLOH doa mereka tidak akan ditolak ALLOH SWT. Karena itu, hati2lah dalam menjadi pemimpin. Jangan sampai ada rakyat yg teraniaya.
3. Pemimpin yg adil. Jika seorang pemimpin berjuang dengan ikhlas demi kemakmuran rakyatnya, maka doanya tidak akan ditolak ALLOH SWT.
4. Pejuang Fi Sabilillah. Termasuk di dalamnya orang2 yg berjuang di jalan ALLOH, berdakwah, dst dst.
5. Orang yg sedang shaum/puasa. Menjelang Ramadhan ini, persiapkan ‘daftar’ doa yg hendak kita mintakan kepada ALLOH SWT. Insya ALLOH dikabul…
6. Anak-anak yg sholeh dan sholehah. Untuk itu, bekali anak2 kita dengan harta dan ilmu (terutama ilmu agama), agar mereka menjadi penolong kita saat kita telah meninggal kelak.
*Khutbah Jum’at lainnya bisa diakses di http://khutbahjumat.wordpress.com/*
Masuk Kategori: Khutbah Jumat & Pengajian
Pada khutbah Jum’at kali ini, khatib mengetengahkan tema “Bagaimana caranya agar doa diijabah?”. Di bagian ini, aku menambahkan beberapa hal yg terkait dengan doa, sehingga aku kelompokkan artikel ini ke dalam kelompok Khutbah Jum’at dan Fiqh. Detail ttg do’a akan menyusul, demikian harap maklum ;-)
Di awal khutbah, khatib menyitir sebuah ayat dari surat Al Fushshilat (41) ayat 51. Terjemahnya sebagai berikut: “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.” Dari ayat tersebut, terlihat bahwa ALLOH ‘menyindir’ dan mengecam (sifat) manusia, yg mudah lupa jika diberi kenikmatan. Sebaliknya, jika mendapat kesulitan, walau sekecil apapun, maka dia akan menangis, berkeluh kesah dan berdoa meminta pertolongan kepada ALLOH SWT.
Hanya saja, perlu dicatat bahwa tidak semua manusia berbuat demikian. Masih ada manusia yg tetap mengingat ALLOH SWT baik di kala senang maupun di kala susah. Contoh manusia yg tetap mengingat ALLOH SWT di saat mendapat kenikmatan/kesenangan yg luar biasa banyaknya adalah Nabi Sulaiman as. Sedangkan Nabi Ayyub bisa menjadi contoh manusia yg tetap mengingat ALLOH baik di kala suka ataupun duka.
Pada hakikatnya doa mesti dilakukan dalam keadaan dan kondisi apapun. Kaya, miskin, suka, duka, sehat, sakit, tidak boleh menjadi penghambat untuk berdoa. Hal ini mengingatkan kita bahwa pada dasarnya MANUSIA BERGANTUNG HANYA KEPADA ALLOH SWT.
Rasululloh SAW sendiri bersabda bahwa doa merupakan inti ibadah!!!
Kita sendiri HARUS YAKIN bahwa doa kita DIKABULKAN…!!! Jika tidak dikabulkan di dunia, maka doa tersebut akan menjadi amalan kita di akhirat kelak.
Manusia memang ‘aneh’, seringkali di saat genting dia berdoa kepada ALLOH SWT seraya menjanjikan ini itu (bernadzar), tapi begitu ALLOH SWT mengangkat kesulitannya, pada saat itu pula dia melupakan nadzarnya itu. Dg kata lain, manusia begitu mudah mendurhakai ALLOH SWT yg telah menolongnya..!! (ini sesuai dg kutipan ayat yg dibaca khatib di awal khutbah).
Berikut beberapa tips agar doa dikabulkan ALLOH SWT:
1. Makanan, minuman, dan pakaian yg kita gunakan, pakai, dan konsumsi sehari-hari mestilah berasal dari rejeki yg HALAL. Ingat, 1 SUAP makanan yg haram akan menghalangi diterimanya ibadah kita selama sekian waktu, apalagi jika makanan haram tersebut telah menjadi daging…berarti kita telah menyiapkan diri kita masuk ke dalam neraka.
2. Menyucikan dan membersihkan diri, baik lahir-batin. Sebaiknya sebelum berdoa kita membersihkan diri (minimal berwudhu) untuk membersihkan lahir kita. Untuk membersihkan batin, kita bisa perbanyak dzikir dan istighfar.
3. Membaca sholawat Nabi. Tanpa menyertakan sholawat Nabi dalam berdoa, akan mengakibatkan doa menggantung (tidak jelas statusnya…)
4. Perbanyak puji2an kepada ALLOH SWT, karena hanya ALLOH SWT yg berhak utk segala puja dan puji. Puja dan puji bagi ALLOH bisa kita ambil dari Asmaul Husna.
5. Berdoalah di waktu2 dan tempat2 yg mustajab. Sebagai contoh, padang Arafah, di masjid, hari Jum’at, 1/3 malam terakhir, di antara 2 khutbah, saat hendak buka puasa, saat hendak sahur, dst.
6. Carilah waktu2 yg hening, agar kita bisa doa dg khusyuk. Misalnya di saat sujud, 1/3 malam terakhir, dst.
7. (Dianjurkan) Gunakan doa para Nabi/Rasul. Di Qur’an banyak sekali doa-doa para Nabi dan Rasul. Yg harus diingat adalah kita harus PAHAMI betul doa2 tersebut, agar meresap ke dalam hati. Namun, tidak ada salahnya juga berdoa dg cara kita sendiri, terutama bila kita punya hajat/kemauan. TIDAK ADA MASALAH BERDOA DG BAHASA SEHARI-HARI (bukan bahasa Arab).
8. Berdoalah yg wajar (diutamakan jika kita telah melakukan ikhtiar sebelumnya). Janganlah kita berdoa utk sesuatu yg tidak masuk akal. Contohnya kita minta diturunkan hujan uang, atau kita minta kaya tapi kita tidak berusaha/tidak bekerja, dst dst.
Ada manusia-manusia yg doanya tidak ditolak/mudah diijabah/mudah diterima+dikabulkan ALLOH SWT. Mereka antara lain:
1. Kedua orang tua, yg mendoakan keselamatan dan kesejahteraan bagi anak2nya. Bagi para orang tua, hendaklah berhati-hati menjaga lisannya, terutama pada saat emosi. Jika salah ucap, maka bukan kebahagiaan yg didapat anaknya, namun kutukan dan azab ALLOH yg diterima anaknya. Bagi kita yg orangtuanya masih hidup, hendaknya jangan sampai melukai hati orang tua.
2. Orang yg teraniaya. Dalam kasus ini, orang yg teraniaya adalah orang yg didzalimi, direbut dan diambil paksa hak2nya, dibohongi (diberi janji2 palsu). Insya ALLOH doa mereka tidak akan ditolak ALLOH SWT. Karena itu, hati2lah dalam menjadi pemimpin. Jangan sampai ada rakyat yg teraniaya.
3. Pemimpin yg adil. Jika seorang pemimpin berjuang dengan ikhlas demi kemakmuran rakyatnya, maka doanya tidak akan ditolak ALLOH SWT.
4. Pejuang Fi Sabilillah. Termasuk di dalamnya orang2 yg berjuang di jalan ALLOH, berdakwah, dst dst.
5. Orang yg sedang shaum/puasa. Menjelang Ramadhan ini, persiapkan ‘daftar’ doa yg hendak kita mintakan kepada ALLOH SWT. Insya ALLOH dikabul…
6. Anak-anak yg sholeh dan sholehah. Untuk itu, bekali anak2 kita dengan harta dan ilmu (terutama ilmu agama), agar mereka menjadi penolong kita saat kita telah meninggal kelak.
*Khutbah Jum’at lainnya bisa diakses di http://khutbahjumat.wordpress.com/*
Sungai di dasar laut
Subhanallah…. Ada Sungai dalam Laut..!
Ditulis oleh Sajadah Sukses di/pada Minggu, Maret 7, 2010
Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Subhanallah! :
(QS Fushshilat : 53) = (Q.S Al Furqan:53)
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak
ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam
akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar.
Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak
ditemukan mutiara.
Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung.
( Nb: Menjadi Mualaf atau tidaknya Mr.Costeau …Wallahu a’lam )
Shadaqallahu Al `Azhim.Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”
Jika anda seorang penyelam, maka anda harus mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.
Setengah pengkaji mengatakan, itu bukanlah sungai biasa, itu adalah lapisan hidrogen sulfida, nampak seperti sungai… luar biasa bukan? Lihatlah betapa hebatnya ciptaan Allah SWT.
NB :
1. Fenomena ini pertama kali ditemukan oleh Mr.Costeau
2.Foto2 diatas diambil oleh seorang penyelam bernama Anatoly Beloshchin
Sumber Referensi :
1. Dari Ebook :
BUKTI KEBENARAN QURAN
AL-REHAILI, Abdullah M.
Bukti Kebenaran Quran / oleh Abdullah M. al-Rehaili. – Yogyakarta: Tajidu Press, 2003
160 hlm.
Ditulis oleh Sajadah Sukses di/pada Minggu, Maret 7, 2010
Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Subhanallah! :
(QS Fushshilat : 53) = (Q.S Al Furqan:53)
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak
ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam
akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar.
Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak
ditemukan mutiara.
Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung.
( Nb: Menjadi Mualaf atau tidaknya Mr.Costeau …Wallahu a’lam )
Shadaqallahu Al `Azhim.Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”
Jika anda seorang penyelam, maka anda harus mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.
Setengah pengkaji mengatakan, itu bukanlah sungai biasa, itu adalah lapisan hidrogen sulfida, nampak seperti sungai… luar biasa bukan? Lihatlah betapa hebatnya ciptaan Allah SWT.
NB :
1. Fenomena ini pertama kali ditemukan oleh Mr.Costeau
2.Foto2 diatas diambil oleh seorang penyelam bernama Anatoly Beloshchin
Sumber Referensi :
1. Dari Ebook :
BUKTI KEBENARAN QURAN
AL-REHAILI, Abdullah M.
Bukti Kebenaran Quran / oleh Abdullah M. al-Rehaili. – Yogyakarta: Tajidu Press, 2003
160 hlm.
Rabu, 17 Maret 2010
Pohon Nabi
pohonnabi
Apa itu pohon nabi? Pohon nabi adalah pohon silsilah para nabi mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Dimulai dari akar adalah manusia pertama, yaitu Nabi Adam (1). Dari keturunan Nabi Adam melahirkan Nabi Idris (2), Nabi Nuh (3). Ket: nomor urut di dalam tanda kurung menyatakan urutan nabi
Selanjutnya, dari keturunan Nabi Nuh lahir Nabi Hud (4), Nabi Shalih (5), Nabi Ibrahim (6), dan Nabi Luth (7).
Nabi Ibrahim mempunyai 2 anak yang semuanya menjadi nabi, yaitu Ismail (8) dan Ishaq (9). Keturunan Nabi Ishaq melahirkan banyak nabi, sedangkan dari keturunan Ismail hanya melahirkan satu nabi yaitu Nabi Muhammad (25).
Dari keturunan Nabi Ishaq lahir Nabi Ya’qub (10), Yusuf (11) yang merupakan putera Nabi Ya’qub, Ayub (13), dan Zulkifli (14). Oh ya, jauh dari abad Nabi Ibrahim ada satu nabi lagi yang diutus Tuhan yaitu Nabi Syu’aib (12).
Keturunan nabi Ya’qub selanjutnya melahirkan Nabi Musa (15), Harun (16), Daud (17), dan Yunus (21).
Dari Daud kemudian diteruskan oleh Sulaiman (18). Keturunan Sulaiman melahirkan Nabi Isa (24), Nabi Zakaria (22) dan Nabi Yahya (23).
Keturunan Nabi Harun melahirkan Nabi Ilyas (19), dan Ilyasa’ (20).
Jika diurut, maka susunan Nabi itu adalah:
1. Adam
2. Idris
3. Nuh (Inggris: Noah)
4. Hud
5. Shaleh
6. Ibrahim (Inggris: Abraham)
7. Luth
8. Ismail
9. Ishaq (Inggris: Isaac)
10. Ya’qub (Inggris: Jacob)
11. Yusuf (Inggris: Joseph)
12. Syua’ib
13. Ayub
14. Zulkifli
15. Musa (Inggris: Moses)
16. Harun
17. Daud (Inggris: David)
18. Sulaiman (Inggris: Solomon)
19. Ilyas
20. Ilyasa’
21. Yunus (Inggris: Jones)
22. Zakaria
23. Yahya (Inggris: John)
24. Isa (Inggris: Jesus)
25. Muhammad. (Inggris: Mohammed)
Dari pohon nabi tersebut terlihat bahwa Nabi Ibraham adalah bapak dari semua agama samawi. Keturunan Ibrahim melahirkan 3 nabi pembawa ajaran (agama) tauhid, yaitu Nabi Musa (Yahudi), Nabi Isa (Nasrani), dan Nabi Muhammad (Islam). Jadi, titik temu dari ketiga agama samawi itu ada pada Nabi Ibrahim.
Apa itu pohon nabi? Pohon nabi adalah pohon silsilah para nabi mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Dimulai dari akar adalah manusia pertama, yaitu Nabi Adam (1). Dari keturunan Nabi Adam melahirkan Nabi Idris (2), Nabi Nuh (3). Ket: nomor urut di dalam tanda kurung menyatakan urutan nabi
Selanjutnya, dari keturunan Nabi Nuh lahir Nabi Hud (4), Nabi Shalih (5), Nabi Ibrahim (6), dan Nabi Luth (7).
Nabi Ibrahim mempunyai 2 anak yang semuanya menjadi nabi, yaitu Ismail (8) dan Ishaq (9). Keturunan Nabi Ishaq melahirkan banyak nabi, sedangkan dari keturunan Ismail hanya melahirkan satu nabi yaitu Nabi Muhammad (25).
Dari keturunan Nabi Ishaq lahir Nabi Ya’qub (10), Yusuf (11) yang merupakan putera Nabi Ya’qub, Ayub (13), dan Zulkifli (14). Oh ya, jauh dari abad Nabi Ibrahim ada satu nabi lagi yang diutus Tuhan yaitu Nabi Syu’aib (12).
Keturunan nabi Ya’qub selanjutnya melahirkan Nabi Musa (15), Harun (16), Daud (17), dan Yunus (21).
Dari Daud kemudian diteruskan oleh Sulaiman (18). Keturunan Sulaiman melahirkan Nabi Isa (24), Nabi Zakaria (22) dan Nabi Yahya (23).
Keturunan Nabi Harun melahirkan Nabi Ilyas (19), dan Ilyasa’ (20).
Jika diurut, maka susunan Nabi itu adalah:
1. Adam
2. Idris
3. Nuh (Inggris: Noah)
4. Hud
5. Shaleh
6. Ibrahim (Inggris: Abraham)
7. Luth
8. Ismail
9. Ishaq (Inggris: Isaac)
10. Ya’qub (Inggris: Jacob)
11. Yusuf (Inggris: Joseph)
12. Syua’ib
13. Ayub
14. Zulkifli
15. Musa (Inggris: Moses)
16. Harun
17. Daud (Inggris: David)
18. Sulaiman (Inggris: Solomon)
19. Ilyas
20. Ilyasa’
21. Yunus (Inggris: Jones)
22. Zakaria
23. Yahya (Inggris: John)
24. Isa (Inggris: Jesus)
25. Muhammad. (Inggris: Mohammed)
Dari pohon nabi tersebut terlihat bahwa Nabi Ibraham adalah bapak dari semua agama samawi. Keturunan Ibrahim melahirkan 3 nabi pembawa ajaran (agama) tauhid, yaitu Nabi Musa (Yahudi), Nabi Isa (Nasrani), dan Nabi Muhammad (Islam). Jadi, titik temu dari ketiga agama samawi itu ada pada Nabi Ibrahim.
Hukum merayakan Ulang tahun
Assalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Perayaan ulang tahun atas kelahiran seseorang atau suatu organisasi tertentu tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Karena itu bila dilakukan, tidak bernilai ibadah.
Cukup banyak ulama tidak menyetujui perayaan ulang tahun yang diadakan tiap tahun. Tentu mereka datang dengan dalil dan hujjah yang kuat. Di antara alasan penolakan mereka terhadap perayaan ulang tahun antara lain:
1. Ulang tahun bila sampai menjadi keharusan untuk dirayakan dianggap sebuah bid’ah. Sebab Rasulullah SAW belum pernah memerintahkannya, bahkan meski sekedar mengisyaratkannya pun tidak pernah. Sehingga bila seorang muslim sampai merasa bahwa perayaan hari ulang tahun itu sebagai sebuah kewajiban, masuklah dia dalam kategori pembuat bid’ah.
2. Ulang tahun adalah produk Barat/ non muslim
Selain itu, kita tahu persis bahwa perayaan uang tahun itu diimpor begitu saja dari barat yang nota bene bukan beragama Islam. Sedangkan sebagai muslim, sebenarnya kita punya kedudukan yang jauh lebih tinggi. Bukan pada tempatnya sebagai bangsa muslim, malah mengekor Barat dalam masalah tata kehidupan.
Seolah pola hidup dan kebiasaan orang Barat itu mau tidak mau harus dikerjakan oleh kita yang muslim ini. Kalau sampai demikian, sebenarnya jiwa kita ini sudah terjajah tanpa kita sadari. Buktinya, life style mereka sampai mendarah daging di otak kita, sampai-sampai banyak di antara kita mereka kurang sreg kalau pada hari ulang tahun anaknya tidak merayakannya. Meski hanya sekedar dengan ucapan selamat ulang tahun.
3. Apakah Manfaat Merayakan Ulang Tahun?
Selain itu perlu juga kita renungkan sebagai muslim, apakah tujuan dan manfaat sebenarnya bisa kitadapat dari perayaan ini? Adakah nilai-nilai positif di dalamnya? Ataukah sekedar meneruskan sebuah tradisi yang tidak ada landasannya? Apakah ada di antara tujuan yang ingin dicapai itu sesuatu yang penting dalam hidup ini? Atau sekedar penghamburan uang?
Pertanyaan berikutnya,adakah sesuatu yang menambah iman, ilmu atau amal? Atau menambah manfaat baik pribadi, sosial atau lainnya? Pertanyaan berikutnya dan ini akan menjadi sangat penting, adakah dalam pelaksanaan acara seperti itu maksiat dan dosa yang dilanggar?
Yang terkahir namun tetap penting, bila ternyata semua jawaban di atas positif, dan acara seperti itu menjadi tradisi, apakah tidak akan menimbulkan salah paham pada generasi berikut seolah-olah acara seperti ini ‘harus’ dilakukan? Hal ini seperti yang terjadi pada upacara peringat hari besar Islam baik itu kelahiran, isra` mi`raj dan sebagainya.
Jangan sampai dikemudian hari, lahir generasi yang menganggap perayaan ulang tahun adalah ‘sesuatu’ yang harus terlaksana. Bila memang demikian, bukankah kita telah kehilangan makna?
Kalau menimbang-nimbang pernyataan di atas, ada baiknya kita yang sudah terlanjur merayakan ulang tahun buat anak atau bahkan untuk diri kita sendiri melakukan evaluasi besar.
Sebaliknya, mungkin ada baiknya pemikiran yang disampaikan oleh Dr. Yusuf Al-Qradawi tentang ulang tahun untuk anak. Misalnya, pada saat anak itu berusia 7 tahun, tidak ada salahnya kita ajak dia untuk menyampaikan pesan-pesan dalam acara khusus tentang keadaannya yang kini menginjak usia 7 tahun. Di mana Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para orang tua untuk menyuruh anaknya shalat di usia itu.
Bolehlah dibuat acara khusus untuk penyampaian pesan ini, agar terasa ada kesan tertentu di dalam diri si anak. Bahwa sejak hari itu, dirinya telah mendapatkan sebuah tugas resmi, yaitu diperintahkan untuk shalat.
Nanti di usia 10 tahun, hal yang sama boleh dilakukan lagi, yaitu sebagaimana perintah Rasulullah SAW untuk menambah atau menguatkan lagi perintah shalat. Kali ini dengan ancaman pukulan bila masih saja malas melakukan shalat. Bolehlah diadakan suatu acara khusus di mana inti acaranya menetapkan bahwa si anak hari ini sudah berusia 10 tahun, di mana Rasulullah SAW membolehkan orang tua memukul anaknya bila tidak mau shalat.
Kira-kira usia 15 tahun lebih kurangnya, ketika anak pertama kali baligh, boleh juga diadakan acara lagi. Kali ini orang tua menegaskan bahwa anak sudah termasuk mukallaf, sehingga semua hitungan amalnya baik dan buruk sejak hari itu akan mulai dicatat. Bolehlah pada hari itu orang tua membuat acara khusus yang intinya menyampaikan pesan-pesan ini.
Jadi bukan tiap tahun bikin pesta undang teman-teman, lalu tiup lilin, potong kue, bernyanyi-nyanyi, memberi kado. Pola seperti ini sama sekali tidak diajarkan di dalam agama kita dan cenderung tidak ada manfaatnya, bahkan kalau mau jujur, justru merupakan cerminan dari sebuah mentalitas bangsa terjajah yang rela mengekor pada tradisi bangsa lain.
Bukankah Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya? Lalu mengapa kita bangsa Islam ini harus mengekor pada tradisi bangsa lain yang jauh lebih rendah?
Mungkin jawabannya yang paling jujur adalah…istafti qalbak….
Mintalah fawa kepada hati nuranimu…
Wssalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Perayaan ulang tahun atas kelahiran seseorang atau suatu organisasi tertentu tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Karena itu bila dilakukan, tidak bernilai ibadah.
Cukup banyak ulama tidak menyetujui perayaan ulang tahun yang diadakan tiap tahun. Tentu mereka datang dengan dalil dan hujjah yang kuat. Di antara alasan penolakan mereka terhadap perayaan ulang tahun antara lain:
1. Ulang tahun bila sampai menjadi keharusan untuk dirayakan dianggap sebuah bid’ah. Sebab Rasulullah SAW belum pernah memerintahkannya, bahkan meski sekedar mengisyaratkannya pun tidak pernah. Sehingga bila seorang muslim sampai merasa bahwa perayaan hari ulang tahun itu sebagai sebuah kewajiban, masuklah dia dalam kategori pembuat bid’ah.
2. Ulang tahun adalah produk Barat/ non muslim
Selain itu, kita tahu persis bahwa perayaan uang tahun itu diimpor begitu saja dari barat yang nota bene bukan beragama Islam. Sedangkan sebagai muslim, sebenarnya kita punya kedudukan yang jauh lebih tinggi. Bukan pada tempatnya sebagai bangsa muslim, malah mengekor Barat dalam masalah tata kehidupan.
Seolah pola hidup dan kebiasaan orang Barat itu mau tidak mau harus dikerjakan oleh kita yang muslim ini. Kalau sampai demikian, sebenarnya jiwa kita ini sudah terjajah tanpa kita sadari. Buktinya, life style mereka sampai mendarah daging di otak kita, sampai-sampai banyak di antara kita mereka kurang sreg kalau pada hari ulang tahun anaknya tidak merayakannya. Meski hanya sekedar dengan ucapan selamat ulang tahun.
3. Apakah Manfaat Merayakan Ulang Tahun?
Selain itu perlu juga kita renungkan sebagai muslim, apakah tujuan dan manfaat sebenarnya bisa kitadapat dari perayaan ini? Adakah nilai-nilai positif di dalamnya? Ataukah sekedar meneruskan sebuah tradisi yang tidak ada landasannya? Apakah ada di antara tujuan yang ingin dicapai itu sesuatu yang penting dalam hidup ini? Atau sekedar penghamburan uang?
Pertanyaan berikutnya,adakah sesuatu yang menambah iman, ilmu atau amal? Atau menambah manfaat baik pribadi, sosial atau lainnya? Pertanyaan berikutnya dan ini akan menjadi sangat penting, adakah dalam pelaksanaan acara seperti itu maksiat dan dosa yang dilanggar?
Yang terkahir namun tetap penting, bila ternyata semua jawaban di atas positif, dan acara seperti itu menjadi tradisi, apakah tidak akan menimbulkan salah paham pada generasi berikut seolah-olah acara seperti ini ‘harus’ dilakukan? Hal ini seperti yang terjadi pada upacara peringat hari besar Islam baik itu kelahiran, isra` mi`raj dan sebagainya.
Jangan sampai dikemudian hari, lahir generasi yang menganggap perayaan ulang tahun adalah ‘sesuatu’ yang harus terlaksana. Bila memang demikian, bukankah kita telah kehilangan makna?
Kalau menimbang-nimbang pernyataan di atas, ada baiknya kita yang sudah terlanjur merayakan ulang tahun buat anak atau bahkan untuk diri kita sendiri melakukan evaluasi besar.
Sebaliknya, mungkin ada baiknya pemikiran yang disampaikan oleh Dr. Yusuf Al-Qradawi tentang ulang tahun untuk anak. Misalnya, pada saat anak itu berusia 7 tahun, tidak ada salahnya kita ajak dia untuk menyampaikan pesan-pesan dalam acara khusus tentang keadaannya yang kini menginjak usia 7 tahun. Di mana Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para orang tua untuk menyuruh anaknya shalat di usia itu.
Bolehlah dibuat acara khusus untuk penyampaian pesan ini, agar terasa ada kesan tertentu di dalam diri si anak. Bahwa sejak hari itu, dirinya telah mendapatkan sebuah tugas resmi, yaitu diperintahkan untuk shalat.
Nanti di usia 10 tahun, hal yang sama boleh dilakukan lagi, yaitu sebagaimana perintah Rasulullah SAW untuk menambah atau menguatkan lagi perintah shalat. Kali ini dengan ancaman pukulan bila masih saja malas melakukan shalat. Bolehlah diadakan suatu acara khusus di mana inti acaranya menetapkan bahwa si anak hari ini sudah berusia 10 tahun, di mana Rasulullah SAW membolehkan orang tua memukul anaknya bila tidak mau shalat.
Kira-kira usia 15 tahun lebih kurangnya, ketika anak pertama kali baligh, boleh juga diadakan acara lagi. Kali ini orang tua menegaskan bahwa anak sudah termasuk mukallaf, sehingga semua hitungan amalnya baik dan buruk sejak hari itu akan mulai dicatat. Bolehlah pada hari itu orang tua membuat acara khusus yang intinya menyampaikan pesan-pesan ini.
Jadi bukan tiap tahun bikin pesta undang teman-teman, lalu tiup lilin, potong kue, bernyanyi-nyanyi, memberi kado. Pola seperti ini sama sekali tidak diajarkan di dalam agama kita dan cenderung tidak ada manfaatnya, bahkan kalau mau jujur, justru merupakan cerminan dari sebuah mentalitas bangsa terjajah yang rela mengekor pada tradisi bangsa lain.
Bukankah Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya? Lalu mengapa kita bangsa Islam ini harus mengekor pada tradisi bangsa lain yang jauh lebih rendah?
Mungkin jawabannya yang paling jujur adalah…istafti qalbak….
Mintalah fawa kepada hati nuranimu…
Wssalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sikap Kita terhadap Munculnya Perbedaan Pendapat dan aliran-aliran
Sebagian besar umat Islam bingung melihat kenyataan adanya berbagai macam perbedaan pendapat apalagi banyaknya aliran-aliran. Sikap apakah yg harus kita ambil menghadapi kenyataan seperti ini?
MUKADIMAH
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah SWT yg telah memberikan petunjuk kepada cahaya iman din yg lurus agama Islam melalui hamba pilihan-Nya Muhammad saw. Dan yg telah meneguhkan hati para hamba-Nya yg teguh dalam memegang akidah yg lurus. Selawat dan salam teriring kepada teladan kita Rasulullah Muhammad saw. Nabi yg terakhir; juga kepada para keluarga dan para sahabatnya serta kaum muslimin yg teguh mengikuti ajaran dan akidahnya sampai akhir zaman amin.
Berkembangnya gerakan aliran-aliran sempelan di Indonesia yg telah tersebar luas di penjuru tanah air sudah sangat meresahkan masyarakat. Pengaruh ajarannya telah dapat mengubah gaya dan cara hidup bagi pengikutnya. Gerakan mereka sangat halus dan pintar sehingga tidak semua orang dapat mengetahui terlebih memahami bahwa pemahamannya bertentangan dgn pemahaman para ulama generasi salaf yg merupakan generasi sebaik-baik umat. Hanya dgn petunjuk taufik dan hidayah Allah SWT kita dapat menempuh jalan yg lurus. Isyarat munculnya berbagai penyimpangan dan munculnya aliran-aliran menyesatkan telah disabdakan oleh Rasulullah saw. “Akan keluar suatu kaum akhir zaman orang-orang muda berpaham jelek. Mereka banyak mengucapkan perkataan “khairil bariyah” . Iman mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka.” . Dari Ibnu Abbas r.a. berkata Rasulullah saw pernah bersabda “Sesungguhnya di masa kemudian aku akan ada peperangan di antara orang-orang yg beriman.” Seorang sahabat bertanya “Mengapa kita memerangi orang yg beriman yg mereka itu sama berkata ‘Kami telah beriman’.” Rasulullah saw bersabda “Ya krn mengada-adakan di dalam agama apabila mereka mengerjakan agama dgn pendapat pikiran padahal di dalam agama itu tidak ada pendapat pikiran sesungguhnya agama itu dari Tuhan perintah-Nya dan larangan-Nya.” . Rasulullah saw. telah mengabarkan kepada kita bahwa di masa kemudian akan ada peperangan yg terjadi di kalangan orang-orang yg beriman. Hal ini krn di antara umat ini sebagiannya ada yg mengadakan dan mengikuti bidah yg sebelumnya dalam agama tidak diajarkan. Dari sinilah terjadinya perbedaan-perbedaan dalam satu agama. Akan tetapi tidak semua perbedaan-perbedaan itu dilarang dalam agama. Perbedaan dalam Islam dibolehkan dalam hal yg bersifat khilafiah yaitu yg dalil-dalilnya masih diperselisihkan di kalangan para ulama. Adapun perbedaan yg dilarang adl perbedaan dalam hal yg sudah jelas yaitu masalah-masalah yg dalilnya telah jelas dapat dipahami oleh mayoritas ulama. Perbedaan pendapat di dalam Islam dapat dipahami dgn mudah seperti contoh yg kami berikan berikut ini.
Contoh dari perbedaan pendapat yg dapat mengakibatkan perpecahan.
Misalnya keyakinan tentang ALQURAN . Pemahaman yg benar menurut pemahaman para ulama salaf adl bahwa ALQURAN itu kalamullah ATAU FIRMAN Allah bukan makhluk Allah. Jadi jika ada yg berkeyakinan bahwa ALQURAN adl makhluk itu adl keyakinan yg menyimpang. Karena dalil tentangnya telah jelas dan tidak diperselisihkan oleh para ulama kecuali ulama yg menyimpang. Misalnya lagi keyakinan tentang SIAPAKAH NABI DAN RASUL TERAKHIR. Jawaban dan keyakinan yg benar adl bahwa Muhammad saw. adl penutup para nabi dan rasul. Jika ada yg berkeyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad ada nabi lagi seperti golongan AHMADIYAH yg mengakui Mirza Ghulam Ahmad dari India adl sebagai nabinya maka itu adl keyakinan yg menyimpang. Karena dalil tentang berakhirnya kenabian pada Muhammad saw. telah jelas dan tidak diperselisihkan oleh para ulama kecuali ulama yg menyimpang seperti aliran Ahmadiyah. Misalnya lagi keyakinan tentang MENGHUKUMI KAFIR TERHADAP ORANG LAIN. Jawaban dan keyakinan yg benar adl bahwa orang kafir yg akan kekal di dalam neraka adl orang yg tidak meyakini akan LAA ILAAHAILLALAAH dan yg murtad keluar dari Islam. Apabila ada golongan atau aliran yg menuduh selain alirannya adl kafir tanpa alasan yg jelas seperti keyakinan jamaah LDII dan yg sejenisnya maka keyakinan seperti itu adl telah jelas menyimpang. Misalnya lagi keyakinan tentang SALAT WAJIB LIMA WAKTU. Keyakinan yg benar adl bahwa salat lima waktu hukumnya wajib setelah syariat ini disampaikan oleh Allah kepada Rasulullah saw. dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Jika ada aliran yg menyatakan bahwa salat lima waktu utk saat ini tidak wajib dgn berbagai alasan seperti aliran Al-ZAYTUN yg pesantrennya sangat megah di Indramayu itu maka keyakinan semacam itu telah jelas menyimpang. Dan tentunya masih banyak lagi contoh-contoh yg lainnya.
Contoh perbedaan pendapat yg tidak mengakibatkan perpecahan. Misalnya tentang masalah AZAN DALAM KHOTBAH JUMAT. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam pada saat mendirikan salat Jumat ada yg azannya hanya sekali ada yg dua kali. Ini adl perbedaan pendapat krn historis dan interpretasi yg berbeda. Perbedaan semacam ini tidak bisa menjadikan alasan satu pihak terhadap pihak lainnya menuduh sebagai aliran sesat. Inilah yg dimaksud perbedaan pendapat yg tidak dilarang. Perbedaan dalam hal ini dimaklumi. Misalnya lagi tentang masalah JUMLAH RAKAAT DALAM SALAT TARAWIH. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam pada saat mendirikan salat Tarawih ada yg 11 rekaat ada yg 23 rekaat dan lain-lain. Ini juga perbedaan pendapat yg tidak mengakibatkan perpecahan. Perbedaan semacam ini tidak bisa dijadikan alsan bahwa salah satu pihak menuduh kepada pihak lain sebagai aliran sesat. Dan tentu masih banyak lagi contoh-contoh yg lainnya.
Inilah beberapa contoh sederhana yg kami kemukanan yg mungkin dapat memudahkan para pembaca utk memahami perbedaan pendapat di dalam Islam.
Ijtihad ulama dalam masalah hukum itu seperti ijtihadnya orang yg mencari arah Kakbah. Bila empat orang salat dan tiap orang menghadap ke suatu arah yg ia yakini sebagai arah kiblat maka salat keempat orang itu sah dan benar. Orang yg salat menghadap Kakbah dgn tepat hanya satu dan dialah yg mendapatkan dua pahala . Sedangkan perbedaan seseorang di dalam menempuh jalan yg benar beragama dgn akidah yg lurus diibaratkan sebagai orang yg mencari Kakbah di hamparan bumi yg datar. Keempat orang yg salat dgn menghadap kepada arahnya masing-masing meyakini arahnya benar menuju Kakbah maka yg jalannya menuju kearah yg benar hanya satu dialah yg akan menemukan Kakbahnya. Sedangkan yg lainnya masing-masing yg satu berlawanan dan yg dua menyimpang maka mereka tidak akan menemukannya bahkan semakin jauh meninggalkannya. Demikian halnya dgn keyakinan yg telah benar-benar jauh menyimpang maka keyakinan semacam itu termasuk golongan atau firqah sempalan. Aliran sempalan sekarang telah banyak bermunculan di seluruh penjuru dunia dari Timur sampai ke Barat termasuk di Indonesia. Di Indonesia dapat dilihat dalam banyak aliran seperti Ahmadiah dari India Jamus dari Cilengsi Bogor LK Isa Bugis Syiah kemudian LDII dan masih banyak lagi aliran-aliran yg menyimpang. Di dalam aliran sempalan seperti ini banyak dijumpai pemahaman agama yg menyimpang krn mereka memahami agama dgn sekehendak para pimpinan atau para pendiri-pendirinya dgn cara mengambil dalil-dalil yg sesuai dan diartikan sekehendak mereka. Mereka mempelajari ilmu tidak melalui jalur-jalur ilmiah yg dapat dipertanggungjawabkan bahkan di antara mereka terdapat aliran yg mengharamkan mempelajari ilmu di luar alirannya. Mereka benar-benar memiliki cara atau teknik yg dapat menjaring orang-orang awam serta dgn rapi dapat pula membungkam para jamaahnya melalui dogma-dogma yg diajarkannya.
Telah kita ketahui bersama datangnya zaman penuh dgn fitnah yaitu bertebarannya aliran-aliran sempalan yg menyesatkan. Oleh krn itu kami mengajak kepada diri kami dan juga kepada Saudara-Saudara sekalian tetaplah berpegang teguh dgn keimanan dan prinsip akidah yg lurus yg mengikuti jejak para ulama yg lurus sesuai pemahaman generasi salafus saleh yg selalu mengikuti petunjuk sunah Rasulullah saw. dan menetapi kewajiban bertakwa kepada Allah SWT. Lantas bagaimanakah seharusnya sikap kita sebagai seorang muslim yg mengaku mengikuti sunah Rasulullah saw.? Allah SWT berfirman yg artinya “? dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan .” . Seorang tokoh tabi’in dan ahli tafsir Abu al-Hajjaj Mujahid bin Jabar Al-Makki berkata “Jalan-jalan yg dimaksud dalam firman Allah tersebut adl jalan-jalan bidah dan syubhat.” Dari Al-Irbadh bin Suriyah r.a. berkata Rasulullah saw. pernah bersabda “Saya berpesan kepada kamu sekalian hendaklah kamu takut kepada Allah dan mendengarkan serta patuh sekalipun kepada bangsa Habsy krn sesungguhnya orang yg hidup antara kamu sekalian di kemudian aku maka akan melihat perselisihan yg banyak; maka dari itu hendaklah kamu sekalian berpegang kepada sunahku dan sunah para khulafah yg menetapi petunjuk yg benar; hendaklah kamu pegang teguh akan dia dan kamu gigitlah dgn geraham-geraham gigi dan kamu jauhilah akan perkara-perkara yg baru diada-adakan krn sesungguhnya semua perkara yg baru diadakan itu bidah dan semua bidah itu sesat.” . Allah SWT berfirman “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalilah ia kepada Allah dan Rasul jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.” . Dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda “Tidak ada seorang nabi pun yg diutus Allah kepada suatu umat sebelumku melainkan dari umatnya itu terdapat orang-orang yg menjadi pengikut dan sahabatnya yg mengamalkan sunahnya dan menaati perintahnya. “Kemudian setelah terjadi kebusukan di mana mereka mengatakan sesuatu yg tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yg tidak diperintahkan. Maka orang-orang yg memerangi mereka dgn lidahnya niscaya dia termasuk orang-orang yg beriman. Demikian juga dgn orang yg memerangi mereka dgn hatinya niscaya dia termasuk orang yg beriman. Selain itu maka tidak ada keimanan sebesar biji sawi pun.” . Nabi saw. bersabda “Apabila kamu melihat orang-orang yg ragu dalam agamanya dan ahli bidah sesudah aku tiada maka tunjukkanlah sikap menjauh dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak Islam. Waspadai pula orang-orang yg dikhawatirkan meniru-niru bidah mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu di akhirat.” . Kita telah diajarkan utk tidak berlemah-lembut kepada kelompok aliran yg menyimpang dan menyesatkan dan jika ingin mencari keutamaan salah satunya adl berdakwah dgn menjelaskan penyimpangan ajaran orang-orang yg telah membuat keyakinan baru agar orang-orang mengetahuinya. Sesungguhnya tiap muslim harus memprioritaskan husnudhan kepada sesama muslim dan juga di dalam menyifati orang lain harus adil. Akan tetapi tidaklah semua keadaan disikapi demikian ada keadaan perkecualian sebagaimana dicontohkan seperti kisah sebagai berikut. “Dikatakan kepada Nabi saw “Ya Rasulullah sesungguhnya fulanah menegakkan salat lail berpuasa di siang harinya beramal dan bersedekah ia menyakiti tetangganya dgn lisannya.” Bersabda Rasulullah saw. “Tidak ada kebaikan padanya dia termasuk ahli neraka.” Berkata “Sedangkan fulanah melakukan salat maktubah dan bersedekah dgn benaja kecil dia tidak menyakiti seseorang pun.” Maka bersabda Rasulullah saw. “Dia termasuk ahli surga.” . Dalam hal ini kata-kata Nabi “Tidak ada kebaikan padanya dia termasuk ahli neraka” adl kata-kata yg berupa lontaran cerca. Kemudian terhadap perbuatan orang yg kedua Nabi saw. hanya menyebut kebaikannya tanpa menyinggung kejelekannya. Allah SWT juga mengisahkan Abu Lahab dan istrinya dgn lima ayat dalam Alquran yg isinya kejelekan semuanya padahal keduanya juga mempunyai kebaikan bahkan Abu Lahab termasuk tokoh yg dihormati dan disegani di kalangan kaum Quraisy. Maka dalam membicarakan kebaikan dan keburukan orang atau golongan ada perkecualiannya. Adapun perkecualian itu secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua keadaan.
DALAM RANGKA NASIHAT DAN PERINGATAN UMAT Pada keadaan ini ketika menyebutkan keburukan seseorang/golongan tidak ada keharusan utk menyebutkan kebaikannya. Bahkan yg demikian itu cukup menyebutkan keburukannya saja misalnya membicarakan ahli bidah. Misalnya Ahmadiyah LDII dan yg sejenisnya aliran yg banyak sekali penyimpangannya di antaranya mengada-adakan syariat dgn mengharuskan tiap orang harus berbaiat kepada imam jamaahnya jika tidak maka mereka menganggap kafir. Jadi kita yg tidak ikut jamaah mereka dianggap kafir. Kita berlindung kepada Allah dari tuduhan mereka semoga mereka kembali dalam pemahaman yg benar.
DALAM RANGKA MENJELASKAN ATAU MENGISAHKAN SESUATU Dalam keadaan ini menyebutkan kebaikan dan keburukan orang atau golongan tertentu secara bersamaan diperbolehkan selama tidak menimbulkan madarat misalnya saja menyebutkan sifat seorang perawi hadis.
Adapun mengenai perincian ghibah yg diperbolehkan Imam Nawawi dalam kitab dan juz yg sama hlm. 142-143 mengatakan “Akan tetapi ghibah itu diperbolehkan krn enam sebab.” Di antaranya dua telah disebutkan di atas. Allah SWT telah berfirman bahwa Dia-lah yg menjaga Alquran sampai waktu yg dikehendaki-Nya. Allah menjaganya melalui hamba-hamba yg beriman yg teguh di dalam mengikuti jejak dan ajaran Rasulullah saw.
Rasulullah saw telah menjamin akan adanya segolongan umat yg tetap atas kebenaran hingga hari kiamat. Rasulullah saw. telah bersabda “Akan ada segolongan dari umatku yg tetap atas kebenaran sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran itu.” . “Akan tetapi ada dari kalangan umatku sekelompok orang yg terus-menerus menjelaskan dan menyampaikan kebenaran sehingga orang yg ingin menghinakan tidak akan mendatangkan mudarat bagi mereka sampai datang putusan Allah .” . Umat tersebut adl umat yg telah disebut di atas golongan yg masih mengikuti sunah-sunah Rasulullah saw. Itulah umat yg akan selamat yaitu golongan Ahli Sunnah wal-Jamaah. Semoga kita termasuk ke dalamnya amin.
Kepada Saudara-Saudara sekalian termasuk siapa saja yg masih merasa bingung dan ragu krn telah mengikuti pengajian suatu aliran hendaknya janganlah langsung menerima dan meyakini doktrin-doktrin dari aliran sempalan yg pemahamannya bersimpangan jauh dgn para ulama yg lurus. Hati-hatilah dalam mengambil pemahaman ilmu-ilmu keagamaan. Jangan sampai membawa ember utk menimba air di selokan yg keruh dan kotor. Lebih amannya utk mencari kebenaran atau menjaga akidah yg lurus itu hendaklah kita selalu berdoa dgn ikhlas mencari kebenaran yg sejati. Allah Maha memberi petunjuk kepada hambanya. Tiada seorang pun yg dapat menyesatkannya siapa yg Allah tunjuki jalan yg lurus. Tiada pula yg dapat menunjukkan jalan yg lurus siapa yg Allah sesatkan jalannya. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan petunjuk dan semoga kita termasuk orang yg ditunjukkan dan menempuh jalan yg lurus dgn taufik dan hidayah-Nya amin. Di dalam rubrik ?ALIRAN PEMIKIRAN” di situs .www.alislam.or.id terdapat kajian-kajian yg berisi tentang FIRQAH atau ALIRAN-ALIRAN SEMPALAN dan paham-paham lainnya yg pada umumnya membahayakan kemurnian ajaran dan nilai-nilai Islam. Siapa saja yg mengkajinya semoga mendapat kepahaman dan tidak tertipu dgn berbagai macam aliran yg muncul sekarang ini. Selamat mengkaji semoga bermanfaat bagi Saudara!
MUKADIMAH
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah SWT yg telah memberikan petunjuk kepada cahaya iman din yg lurus agama Islam melalui hamba pilihan-Nya Muhammad saw. Dan yg telah meneguhkan hati para hamba-Nya yg teguh dalam memegang akidah yg lurus. Selawat dan salam teriring kepada teladan kita Rasulullah Muhammad saw. Nabi yg terakhir; juga kepada para keluarga dan para sahabatnya serta kaum muslimin yg teguh mengikuti ajaran dan akidahnya sampai akhir zaman amin.
Berkembangnya gerakan aliran-aliran sempelan di Indonesia yg telah tersebar luas di penjuru tanah air sudah sangat meresahkan masyarakat. Pengaruh ajarannya telah dapat mengubah gaya dan cara hidup bagi pengikutnya. Gerakan mereka sangat halus dan pintar sehingga tidak semua orang dapat mengetahui terlebih memahami bahwa pemahamannya bertentangan dgn pemahaman para ulama generasi salaf yg merupakan generasi sebaik-baik umat. Hanya dgn petunjuk taufik dan hidayah Allah SWT kita dapat menempuh jalan yg lurus. Isyarat munculnya berbagai penyimpangan dan munculnya aliran-aliran menyesatkan telah disabdakan oleh Rasulullah saw. “Akan keluar suatu kaum akhir zaman orang-orang muda berpaham jelek. Mereka banyak mengucapkan perkataan “khairil bariyah” . Iman mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka.” . Dari Ibnu Abbas r.a. berkata Rasulullah saw pernah bersabda “Sesungguhnya di masa kemudian aku akan ada peperangan di antara orang-orang yg beriman.” Seorang sahabat bertanya “Mengapa kita memerangi orang yg beriman yg mereka itu sama berkata ‘Kami telah beriman’.” Rasulullah saw bersabda “Ya krn mengada-adakan di dalam agama apabila mereka mengerjakan agama dgn pendapat pikiran padahal di dalam agama itu tidak ada pendapat pikiran sesungguhnya agama itu dari Tuhan perintah-Nya dan larangan-Nya.” . Rasulullah saw. telah mengabarkan kepada kita bahwa di masa kemudian akan ada peperangan yg terjadi di kalangan orang-orang yg beriman. Hal ini krn di antara umat ini sebagiannya ada yg mengadakan dan mengikuti bidah yg sebelumnya dalam agama tidak diajarkan. Dari sinilah terjadinya perbedaan-perbedaan dalam satu agama. Akan tetapi tidak semua perbedaan-perbedaan itu dilarang dalam agama. Perbedaan dalam Islam dibolehkan dalam hal yg bersifat khilafiah yaitu yg dalil-dalilnya masih diperselisihkan di kalangan para ulama. Adapun perbedaan yg dilarang adl perbedaan dalam hal yg sudah jelas yaitu masalah-masalah yg dalilnya telah jelas dapat dipahami oleh mayoritas ulama. Perbedaan pendapat di dalam Islam dapat dipahami dgn mudah seperti contoh yg kami berikan berikut ini.
Contoh dari perbedaan pendapat yg dapat mengakibatkan perpecahan.
Misalnya keyakinan tentang ALQURAN . Pemahaman yg benar menurut pemahaman para ulama salaf adl bahwa ALQURAN itu kalamullah ATAU FIRMAN Allah bukan makhluk Allah. Jadi jika ada yg berkeyakinan bahwa ALQURAN adl makhluk itu adl keyakinan yg menyimpang. Karena dalil tentangnya telah jelas dan tidak diperselisihkan oleh para ulama kecuali ulama yg menyimpang. Misalnya lagi keyakinan tentang SIAPAKAH NABI DAN RASUL TERAKHIR. Jawaban dan keyakinan yg benar adl bahwa Muhammad saw. adl penutup para nabi dan rasul. Jika ada yg berkeyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad ada nabi lagi seperti golongan AHMADIYAH yg mengakui Mirza Ghulam Ahmad dari India adl sebagai nabinya maka itu adl keyakinan yg menyimpang. Karena dalil tentang berakhirnya kenabian pada Muhammad saw. telah jelas dan tidak diperselisihkan oleh para ulama kecuali ulama yg menyimpang seperti aliran Ahmadiyah. Misalnya lagi keyakinan tentang MENGHUKUMI KAFIR TERHADAP ORANG LAIN. Jawaban dan keyakinan yg benar adl bahwa orang kafir yg akan kekal di dalam neraka adl orang yg tidak meyakini akan LAA ILAAHAILLALAAH dan yg murtad keluar dari Islam. Apabila ada golongan atau aliran yg menuduh selain alirannya adl kafir tanpa alasan yg jelas seperti keyakinan jamaah LDII dan yg sejenisnya maka keyakinan seperti itu adl telah jelas menyimpang. Misalnya lagi keyakinan tentang SALAT WAJIB LIMA WAKTU. Keyakinan yg benar adl bahwa salat lima waktu hukumnya wajib setelah syariat ini disampaikan oleh Allah kepada Rasulullah saw. dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Jika ada aliran yg menyatakan bahwa salat lima waktu utk saat ini tidak wajib dgn berbagai alasan seperti aliran Al-ZAYTUN yg pesantrennya sangat megah di Indramayu itu maka keyakinan semacam itu telah jelas menyimpang. Dan tentunya masih banyak lagi contoh-contoh yg lainnya.
Contoh perbedaan pendapat yg tidak mengakibatkan perpecahan. Misalnya tentang masalah AZAN DALAM KHOTBAH JUMAT. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam pada saat mendirikan salat Jumat ada yg azannya hanya sekali ada yg dua kali. Ini adl perbedaan pendapat krn historis dan interpretasi yg berbeda. Perbedaan semacam ini tidak bisa menjadikan alasan satu pihak terhadap pihak lainnya menuduh sebagai aliran sesat. Inilah yg dimaksud perbedaan pendapat yg tidak dilarang. Perbedaan dalam hal ini dimaklumi. Misalnya lagi tentang masalah JUMLAH RAKAAT DALAM SALAT TARAWIH. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam pada saat mendirikan salat Tarawih ada yg 11 rekaat ada yg 23 rekaat dan lain-lain. Ini juga perbedaan pendapat yg tidak mengakibatkan perpecahan. Perbedaan semacam ini tidak bisa dijadikan alsan bahwa salah satu pihak menuduh kepada pihak lain sebagai aliran sesat. Dan tentu masih banyak lagi contoh-contoh yg lainnya.
Inilah beberapa contoh sederhana yg kami kemukanan yg mungkin dapat memudahkan para pembaca utk memahami perbedaan pendapat di dalam Islam.
Ijtihad ulama dalam masalah hukum itu seperti ijtihadnya orang yg mencari arah Kakbah. Bila empat orang salat dan tiap orang menghadap ke suatu arah yg ia yakini sebagai arah kiblat maka salat keempat orang itu sah dan benar. Orang yg salat menghadap Kakbah dgn tepat hanya satu dan dialah yg mendapatkan dua pahala . Sedangkan perbedaan seseorang di dalam menempuh jalan yg benar beragama dgn akidah yg lurus diibaratkan sebagai orang yg mencari Kakbah di hamparan bumi yg datar. Keempat orang yg salat dgn menghadap kepada arahnya masing-masing meyakini arahnya benar menuju Kakbah maka yg jalannya menuju kearah yg benar hanya satu dialah yg akan menemukan Kakbahnya. Sedangkan yg lainnya masing-masing yg satu berlawanan dan yg dua menyimpang maka mereka tidak akan menemukannya bahkan semakin jauh meninggalkannya. Demikian halnya dgn keyakinan yg telah benar-benar jauh menyimpang maka keyakinan semacam itu termasuk golongan atau firqah sempalan. Aliran sempalan sekarang telah banyak bermunculan di seluruh penjuru dunia dari Timur sampai ke Barat termasuk di Indonesia. Di Indonesia dapat dilihat dalam banyak aliran seperti Ahmadiah dari India Jamus dari Cilengsi Bogor LK Isa Bugis Syiah kemudian LDII dan masih banyak lagi aliran-aliran yg menyimpang. Di dalam aliran sempalan seperti ini banyak dijumpai pemahaman agama yg menyimpang krn mereka memahami agama dgn sekehendak para pimpinan atau para pendiri-pendirinya dgn cara mengambil dalil-dalil yg sesuai dan diartikan sekehendak mereka. Mereka mempelajari ilmu tidak melalui jalur-jalur ilmiah yg dapat dipertanggungjawabkan bahkan di antara mereka terdapat aliran yg mengharamkan mempelajari ilmu di luar alirannya. Mereka benar-benar memiliki cara atau teknik yg dapat menjaring orang-orang awam serta dgn rapi dapat pula membungkam para jamaahnya melalui dogma-dogma yg diajarkannya.
Telah kita ketahui bersama datangnya zaman penuh dgn fitnah yaitu bertebarannya aliran-aliran sempalan yg menyesatkan. Oleh krn itu kami mengajak kepada diri kami dan juga kepada Saudara-Saudara sekalian tetaplah berpegang teguh dgn keimanan dan prinsip akidah yg lurus yg mengikuti jejak para ulama yg lurus sesuai pemahaman generasi salafus saleh yg selalu mengikuti petunjuk sunah Rasulullah saw. dan menetapi kewajiban bertakwa kepada Allah SWT. Lantas bagaimanakah seharusnya sikap kita sebagai seorang muslim yg mengaku mengikuti sunah Rasulullah saw.? Allah SWT berfirman yg artinya “? dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan .” . Seorang tokoh tabi’in dan ahli tafsir Abu al-Hajjaj Mujahid bin Jabar Al-Makki berkata “Jalan-jalan yg dimaksud dalam firman Allah tersebut adl jalan-jalan bidah dan syubhat.” Dari Al-Irbadh bin Suriyah r.a. berkata Rasulullah saw. pernah bersabda “Saya berpesan kepada kamu sekalian hendaklah kamu takut kepada Allah dan mendengarkan serta patuh sekalipun kepada bangsa Habsy krn sesungguhnya orang yg hidup antara kamu sekalian di kemudian aku maka akan melihat perselisihan yg banyak; maka dari itu hendaklah kamu sekalian berpegang kepada sunahku dan sunah para khulafah yg menetapi petunjuk yg benar; hendaklah kamu pegang teguh akan dia dan kamu gigitlah dgn geraham-geraham gigi dan kamu jauhilah akan perkara-perkara yg baru diada-adakan krn sesungguhnya semua perkara yg baru diadakan itu bidah dan semua bidah itu sesat.” . Allah SWT berfirman “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalilah ia kepada Allah dan Rasul jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.” . Dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda “Tidak ada seorang nabi pun yg diutus Allah kepada suatu umat sebelumku melainkan dari umatnya itu terdapat orang-orang yg menjadi pengikut dan sahabatnya yg mengamalkan sunahnya dan menaati perintahnya. “Kemudian setelah terjadi kebusukan di mana mereka mengatakan sesuatu yg tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yg tidak diperintahkan. Maka orang-orang yg memerangi mereka dgn lidahnya niscaya dia termasuk orang-orang yg beriman. Demikian juga dgn orang yg memerangi mereka dgn hatinya niscaya dia termasuk orang yg beriman. Selain itu maka tidak ada keimanan sebesar biji sawi pun.” . Nabi saw. bersabda “Apabila kamu melihat orang-orang yg ragu dalam agamanya dan ahli bidah sesudah aku tiada maka tunjukkanlah sikap menjauh dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak Islam. Waspadai pula orang-orang yg dikhawatirkan meniru-niru bidah mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu di akhirat.” . Kita telah diajarkan utk tidak berlemah-lembut kepada kelompok aliran yg menyimpang dan menyesatkan dan jika ingin mencari keutamaan salah satunya adl berdakwah dgn menjelaskan penyimpangan ajaran orang-orang yg telah membuat keyakinan baru agar orang-orang mengetahuinya. Sesungguhnya tiap muslim harus memprioritaskan husnudhan kepada sesama muslim dan juga di dalam menyifati orang lain harus adil. Akan tetapi tidaklah semua keadaan disikapi demikian ada keadaan perkecualian sebagaimana dicontohkan seperti kisah sebagai berikut. “Dikatakan kepada Nabi saw “Ya Rasulullah sesungguhnya fulanah menegakkan salat lail berpuasa di siang harinya beramal dan bersedekah ia menyakiti tetangganya dgn lisannya.” Bersabda Rasulullah saw. “Tidak ada kebaikan padanya dia termasuk ahli neraka.” Berkata “Sedangkan fulanah melakukan salat maktubah dan bersedekah dgn benaja kecil dia tidak menyakiti seseorang pun.” Maka bersabda Rasulullah saw. “Dia termasuk ahli surga.” . Dalam hal ini kata-kata Nabi “Tidak ada kebaikan padanya dia termasuk ahli neraka” adl kata-kata yg berupa lontaran cerca. Kemudian terhadap perbuatan orang yg kedua Nabi saw. hanya menyebut kebaikannya tanpa menyinggung kejelekannya. Allah SWT juga mengisahkan Abu Lahab dan istrinya dgn lima ayat dalam Alquran yg isinya kejelekan semuanya padahal keduanya juga mempunyai kebaikan bahkan Abu Lahab termasuk tokoh yg dihormati dan disegani di kalangan kaum Quraisy. Maka dalam membicarakan kebaikan dan keburukan orang atau golongan ada perkecualiannya. Adapun perkecualian itu secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua keadaan.
DALAM RANGKA NASIHAT DAN PERINGATAN UMAT Pada keadaan ini ketika menyebutkan keburukan seseorang/golongan tidak ada keharusan utk menyebutkan kebaikannya. Bahkan yg demikian itu cukup menyebutkan keburukannya saja misalnya membicarakan ahli bidah. Misalnya Ahmadiyah LDII dan yg sejenisnya aliran yg banyak sekali penyimpangannya di antaranya mengada-adakan syariat dgn mengharuskan tiap orang harus berbaiat kepada imam jamaahnya jika tidak maka mereka menganggap kafir. Jadi kita yg tidak ikut jamaah mereka dianggap kafir. Kita berlindung kepada Allah dari tuduhan mereka semoga mereka kembali dalam pemahaman yg benar.
DALAM RANGKA MENJELASKAN ATAU MENGISAHKAN SESUATU Dalam keadaan ini menyebutkan kebaikan dan keburukan orang atau golongan tertentu secara bersamaan diperbolehkan selama tidak menimbulkan madarat misalnya saja menyebutkan sifat seorang perawi hadis.
Adapun mengenai perincian ghibah yg diperbolehkan Imam Nawawi dalam kitab dan juz yg sama hlm. 142-143 mengatakan “Akan tetapi ghibah itu diperbolehkan krn enam sebab.” Di antaranya dua telah disebutkan di atas. Allah SWT telah berfirman bahwa Dia-lah yg menjaga Alquran sampai waktu yg dikehendaki-Nya. Allah menjaganya melalui hamba-hamba yg beriman yg teguh di dalam mengikuti jejak dan ajaran Rasulullah saw.
Rasulullah saw telah menjamin akan adanya segolongan umat yg tetap atas kebenaran hingga hari kiamat. Rasulullah saw. telah bersabda “Akan ada segolongan dari umatku yg tetap atas kebenaran sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran itu.” . “Akan tetapi ada dari kalangan umatku sekelompok orang yg terus-menerus menjelaskan dan menyampaikan kebenaran sehingga orang yg ingin menghinakan tidak akan mendatangkan mudarat bagi mereka sampai datang putusan Allah .” . Umat tersebut adl umat yg telah disebut di atas golongan yg masih mengikuti sunah-sunah Rasulullah saw. Itulah umat yg akan selamat yaitu golongan Ahli Sunnah wal-Jamaah. Semoga kita termasuk ke dalamnya amin.
Kepada Saudara-Saudara sekalian termasuk siapa saja yg masih merasa bingung dan ragu krn telah mengikuti pengajian suatu aliran hendaknya janganlah langsung menerima dan meyakini doktrin-doktrin dari aliran sempalan yg pemahamannya bersimpangan jauh dgn para ulama yg lurus. Hati-hatilah dalam mengambil pemahaman ilmu-ilmu keagamaan. Jangan sampai membawa ember utk menimba air di selokan yg keruh dan kotor. Lebih amannya utk mencari kebenaran atau menjaga akidah yg lurus itu hendaklah kita selalu berdoa dgn ikhlas mencari kebenaran yg sejati. Allah Maha memberi petunjuk kepada hambanya. Tiada seorang pun yg dapat menyesatkannya siapa yg Allah tunjuki jalan yg lurus. Tiada pula yg dapat menunjukkan jalan yg lurus siapa yg Allah sesatkan jalannya. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan petunjuk dan semoga kita termasuk orang yg ditunjukkan dan menempuh jalan yg lurus dgn taufik dan hidayah-Nya amin. Di dalam rubrik ?ALIRAN PEMIKIRAN” di situs .www.alislam.or.id terdapat kajian-kajian yg berisi tentang FIRQAH atau ALIRAN-ALIRAN SEMPALAN dan paham-paham lainnya yg pada umumnya membahayakan kemurnian ajaran dan nilai-nilai Islam. Siapa saja yg mengkajinya semoga mendapat kepahaman dan tidak tertipu dgn berbagai macam aliran yg muncul sekarang ini. Selamat mengkaji semoga bermanfaat bagi Saudara!
Syarat Sahnya Sholat
Syarat-syarat sahnya Sholat
1. Islam. Tidak sah sholat orang yang kafir demikian juga tidak diterima semua amalannya
2. Berakal. Orang gila tidak wajib sholat,
3. Baligh. Tidak wajib sholat atas anak kecil hingga dia baligh berdasarkan hadits di atas, hanya saja hendaknya dia disunnahkan agar dipe-rintah sholat ketika berusia tujuh tahun,
4. Suci dari hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil adalah batalnya wudhu, dan hadats besar ketika seorang belum mandi dari janabah
5. Kesucian tubuh, pakaian, dan tempat dari najis.
6. Sudah masuk waktu sholat. Tidak wajib sholat kecuali ketika sudah masuk waktunya, tidak sah sholat jika dikerjakan sebelum waktunya
7. Menutup aurot.
8. Niat.
9. Menghadap kiblat.
Rukun-rukun Sholat
Sholat memiliki rukun-rukun yang jika ditinggalkan salah satunya, maka batal sholat yang dilakukan. Rukun-rukun tersebut adalah:
1. Niat. Yaitu azam (kemauan yang kuat dari) hati untuk menunaikan sholat tertentu.
2. Takbiratul ihrom.
3. Berdiri jika mampu dalam sholat wajib.
4. Membaca surat al-Fatihah pada setiap roka’at.
5. Ruku’.
1. Islam. Tidak sah sholat orang yang kafir demikian juga tidak diterima semua amalannya
2. Berakal. Orang gila tidak wajib sholat,
3. Baligh. Tidak wajib sholat atas anak kecil hingga dia baligh berdasarkan hadits di atas, hanya saja hendaknya dia disunnahkan agar dipe-rintah sholat ketika berusia tujuh tahun,
4. Suci dari hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil adalah batalnya wudhu, dan hadats besar ketika seorang belum mandi dari janabah
5. Kesucian tubuh, pakaian, dan tempat dari najis.
6. Sudah masuk waktu sholat. Tidak wajib sholat kecuali ketika sudah masuk waktunya, tidak sah sholat jika dikerjakan sebelum waktunya
7. Menutup aurot.
8. Niat.
9. Menghadap kiblat.
Rukun-rukun Sholat
Sholat memiliki rukun-rukun yang jika ditinggalkan salah satunya, maka batal sholat yang dilakukan. Rukun-rukun tersebut adalah:
1. Niat. Yaitu azam (kemauan yang kuat dari) hati untuk menunaikan sholat tertentu.
2. Takbiratul ihrom.
3. Berdiri jika mampu dalam sholat wajib.
4. Membaca surat al-Fatihah pada setiap roka’at.
5. Ruku’.
Minggu, 14 Maret 2010
Keutamaan Sholat Berjamaah
KEUTAMAAN SHALAT BERJAMA’AH DI MASJID (1)
Bagian pertama dari dua tulisan
Shalat adalah rukun Islam kedua dan merupakan rukun Islam yang amat penting setelah syahadatain. Shalat merupakan ibadah yang harus ditunaikan dalam waktunya yang terbatas (shalat memiliki waktu-waktu tertentu) dan Allah memerintahkan kita untuk selalu menjaganya. Allah Ta’ala berfirman:
1.jpg
“Sesungguhnya shalat bagi orang mukmin ialah kewajiban yang tertentu (telah ditetapkan) waktunya.” (QS. An-Nisa:103)
2.jpg
“Jagalah shalat-shalat(mu) dan shalat wustha, dan berdirilah untuk Allah dalam keadaan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah:238)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
pic13.jpg
“Islam dibangun diatas lima perkara: syahadat bahwasanya tidak ada ilah yg berhak di sembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan shalat…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sungguh telah banyak kaum muslimin yang meninggalkan shalat, baik itu yang tidak mendirikan shalat sama sekali ataupun menyia-nyiakan shalat dengan mengakhirkan waktu shalat. Allah Ta’ala telah mengancam orang-orang yang meremehkan dan mengakhirkan shalat dari waktunya. Allah berfirman:
4.jpg
“Maka datanglah sesudah mereka (sesudah orang-orang pilihan Allah) pengganti yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui (akibat) kesesatannya.” (QS. Maryam:59)
5.jpg
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) mereka yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Ma’un:4-5)
Dan hendaknya orang-orang yang masih mempunyai iman di hatinya takut akan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Dari Jabir radhiallah anhu, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,
6.jpg
‘Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan syirik dan kafir adalah meninggalkan shalat’.” (HR. Muslim)
Pada hadits Buraidah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
7.jpg
“Perjanjian antara kita dengan mereka ialah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir.” (HR. Ahmad dan Ahlus sunan mengeluarkannya dg sanad shahih).
Sesungguhnya shalat adalah penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
8.jpg
“Sesungguhnya seseorang dari kamu jika sedang shalat, berarti ia bermunajat (berbicara) kepada Tuhannya.” (HR. Bukhari).
Dalam hadits qudsy, Allah Ta’ala berfirman:
“Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dalam dua bagian. Bagi hamba-Ku apa yang ia minta (akan diberikan). Maka jika hambaku mengucapkan:
9.jpg
‘Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam’, Maka Allah menjawab: ‘Hamba-Ku memuji-Ku’. Jika ia mengucapkan:
10.jpg
‘Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah menjawab:’Hambaku menyanjung-Ku’. Jika ia mengucapkan:
11.jpg
‘Yang menguasai hari pembalasan’, Allah menjawab:’Hamba-Ku mengagungkan-Ku’. Jika ia mengucapkan:
12.jpg
‘Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya Engkau yang kami mohon pertolongan’, Allah menjawab: ‘Ini bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta.’ Apabila ia membaca:
13.jpg
‘Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat , bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat.’ Maka Allah menjawab:’Ini bagian hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.’” (HR.Muslim)
Termasuk perkara yang menghiasi shalat adalah perintah untuk melakukan shalat berjama’ah. Bahkan begitu pentingnya shalat berjama’ah sampai-sampai mulai zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pada zaman para imam madzhab, mereka semua sangat memperhatikannya. Bukahkah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pernah mengucapkan keinginannya untuk menyuruh seseorang mengimami orang-orang, dan yang lainnya mencari kayu bakar yang kemudian akan digunakan untuk membakar rumah-rumah orang yang tidak menghadiri shalat berjama’ah?.
Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam juga pernah bersabda:
14.jpg
“Barangsiapa yang mendengar adzan, lalu ia tidak mendatanginya (ke masjid), maka tidak ada shalat baginya.” (HR. Ibnu Majah, hadits ini shahih)
Berkata Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu:
“Barangsiapa yang suka bertemu Allah kelak sebagai seorang muslim, maka hendaknya ia menjaga shalat-shalatnya, dengan shalat-shalat itu ia dipanggil. sesungguhnya Allah Ta’ala menggariskan kepada Nabi kalian jalan-jalan petunjuk (sunnah-sunnah). Seandainya kalian shalat dirumah, seperti orang yang terlambat ini shalat dirumahnya, niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, niscaya kalian tersesat. Dan tidaklah seorang laki-laki bersuci dengan sempurna lalu sengaja ke masjid di antara masjid-masjid (yang ada) kecuali Allah menuliskan baginya satu kebaikan untuk setiap langkah yang ia ayunkan dan mengangkat pula dengannya satu derajat dan dengannya pula dihapus satu dosa. Sebagaimana yang kalian ketahui, tak seorangpun meninggalkannya (shalat berjama’ah) kecuali orang munafik yang nyata kemunafikannya. Dan sungguh orang (yang berhalangan) pada masa itu, dibawa datang (ke masjid) dengan dipapah oleh dua orang lalu diberdirikan di dalam shaf.” (HR. Muslim)
Melaksanakan shalat berjama’ah juga merupakan ibadah yang paling ditekankan, ketaatan terbesar dan juga syi’ar Islam yang paling agung, tetapi banyak kalangan yang menisbatkan diri kepada Islam meremehkan hal ini. Sikap meremehkan ini bisa karena beberapa faktor, antara lain:
a. Mereka tidak mengetahui apa yang disiapkan oleh Allah Ta’ala berupa ganjaran yang besar dan pahala yang melimpah bagi orang yang shalat berjama’ah atau mereka tidak menghayati dan tidak mengingatnya.
b. Mereka tidak mengetahui hukum shalat berjama’ah atau pura-pura tidak mengetahuinya.
Oleh karena itulah, dibawah ini akan saya sampaikan keutamaan-keutamaan shalat berjama’ah dimasjid.
KEUTAMAAN SHALAT BERJAMAH
A. Hati yang Bergantung di Masjid akan Berada di Bawah Naungan (‘Arsy) Allah Ta’ala Pada Hari Kiamat.
Di antara apa yang menunjukkan keutamaan shalat berjama’ah ialah bahwa siapa yang sangat mencintai masjid untuk menunaikan shalat berjama’ah di dalamnya, maka Allah Ta’ala akan menaunginya di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiallah anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
pic21.jpg
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Rabb-nya, seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah berkumpul dan berpisah karena-Nya, seseorang yang dinginkan (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, maka ia mengatakan,’ Sesungguhnya aku takut kepada Allah’,seseorang yang bersadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang di nafkahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sepi (sendiri) lalu kedua matanya berlinang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan saat menjelaskan sabdanya, “Dan seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid.”
“artinya, sangat mencintainya dan senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di dalamnya. Maknanya bukan terus-menerus duduk di masjid.” (Syarh an Nawawi VII/121)
Al ‘Allamah al ‘Aini rahimahullah menjelaska apa yang dapat dipetik dari sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wassalam ini, “Didalamnya berisi keutamaan orang yang senantiasa berada di masjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah, karena masjid adalah rumah Allah dan rumah setiap orang yang bertakwa. Sudah sepatutnya siapa yang dikunjungi memuliakan orang yang berkunjung; maka bagaimana halnya dengan Rabb Yang Maha Pemurah?”.
B. Keutamaan Berjalan ke Masjid untuk Melaksanakan Shalat Berjama’ah
1. Dicatatnya langkah-langkah kaki menuju masjid.
(Rasul) yang berbicara dengan wahyu, kekasih yang mulia Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa langkah kaki seorang muslim menuju masjid akan dicatat. Imam Muslim meriwayatkan dai Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma, ia mengatakan,”Bani Salimah ingin pindah ke dekat masjid, sedangkan tempat tersebut kosong. Ketika hal itu sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, maka beliau bersabda:
16.jpg
“Wahai Bani Salimah! Tetaplah di pemukiman kalian, karena langkah-langkah kalian akan dicatat.”
Mereka mengatakan:
pic12.jpg
“Tidak ada yang mengembirakan kami bila kami berpindah.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan dalam menjelaskan sabdanya: “Wahai Bani Salimah! Tetaplah di pemukiman kalian, karena langkah-langkah kalian akan di catat.”
“Artinya, tetaplah dipemukiman kalian! Sebab, jika kalian tetap di pemukiamn kalian, maka jejak-jejak dan langkah-langkah kalian yang banyak menuju ke masjid akan dicatat.” (Syarh an NawawiV/169)
‘Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma mengatakan, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya, “Pemukiman kaum Anshar sangat jauh dari masjid, lalu mereka ingin agar dekat dengannya, maka turunlah ayat ini,
18.jpg
“Dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.”(QS. Yasin:12)
Akhirnya, mereka tetap tinggal di pemukiman mereka.” (HR.Ibnu Majah)
Pencatatan langkah-langkah orang yang menuju masjid bukan hanya ketika ia pergi ke masjid, tetapi juga dicatat ketika pulang darinya. Imam Muslim meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu tentang kisah seorang Anshar yang tidak pernah tertinggal dari shalat berjama’ah, dan tidak pula ia menginginkan rumahnya berdekatan dengan masjid, bahwa ia berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam:
pic31.jpg
“Aku tidak bergembira jika rumahku (terletak) didekat masjid. Aku ingin agar langkahku ke masjid dan kepulanganku ketika aku kembali kepada keluargaku dicatat.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
20.jpg
“Allah telah menghimpun semua itu untukmu.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat Ibnu Hibban:
21.jpg
“Allah telah memberikan itu semua kepadamu. Allah telah memberikan kepadamu apa yang engkau cari, semuanya.” (HR.Ibnu Majah)
2. Para Malaikat yang mulia saling berebut untuk mencatatnya.
Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat berjama’ah bahwa Allah meninggikan kedudukan langkah-langkah orang yang (berjalan) menuju ke masjid, bahkan para Malaikat yang didekatkan (kepada Allah) berebut untuk mencatatnya dan membawanya naik ke langit.
Imam at Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma, ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
pic41.jpg
“Tadi malan Rabb-ku tabaarakta wata’aala, mendatangiku dalam rupa yang paling indah.”(Perawi mengatakan,’Aku menduganya mengatakan,’Dalam mimpi.’). Lalu Dia berfirman, “Wahai Muhammad! Tahukah engkau, untuk apa para Malaikat yang mulia saling berebut?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam berkata:”Aku menjawab,’Tidak’. Lalu Dia meletakkan Tangan-Nya di antara kedua pundakku sehingga aku merasakan kesejukannya di dadaku (atau beliau mengatakan,’Di leherku’). Lalu aku mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.”Dia berfirman,”Wahai Muhammad!Tahukah engkau untuk apa para Malaikat yang mulia saling berebut?” Aku menjawab,”Ya, tentang kaffarat (perkara-perkara yang menghapuskan dosa). Kaffarat itu adalah diam di masjid setelah melaksanakan shalat, berjalan kaki untuk melaksanakan shalat berjama’ah, dan menyempurnakan wudhu pada saat yang tidak disukai.” (HR. Tirmidzi, hadits ini shahih).
Seandainya berjalan kaki untuk shalat berjama’ah tidak termasuk amal yang mulia, niscaya para Malaikat muqarrabun tidak akan berebut untuk mencatat dan membawanya naik ke langit.
3. Berjalan menuju shalat berjama’ah termasuk salah satu sebab mendapatkan jaminan berupa kehidupan yang baik dan kematian yang baik pula.
Tidak hanya para Malaikat saling berebut untuk mencatat amalan berjalan kaki menuju shalat berjama’ah, bahkan Allah menjadikan jaminan kehidupan yang baik dan kematian yang baik pula. Disebutkan dalam hadist terdahulu:
“Barangsiapa yang melakukan hal itu – yakni tiga amalan yang disebutkan dalam hadits, di antaranya berjalan kaki menuju shalat berjama’ah – maka ia hidup dengan baik dan mati dengan baik pula.”
Betapa besar jaminan ini! Kehidupan yang baikdan kematian yang baik. siapakah yang menjanjikan hal itu? Dia-lah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada seorangpun yang lebih menepati janji selain Dia.
4. Berjalan menuju shalar berjama’ah termasuk salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-kesalahan dan ditinggikannya derajat.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
23.jpg
“Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang perkara yang akan menghapuskan kesalahan-kesalahan dan juga mengangkat beberapa derajat?” Para sahabat menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,”Menyempurnakan wudhu’ pada saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-tibath (berjuang di jalan Allah).” (HR. Muslim).
Ar-ribath pada asalnya -sebagaimana dikatakan oleh al Imam Ibnul Atsir–adalah berdiri untuk berjihad untuk memerangi musuh, mengikat kuda dan menyiapkannya. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menyerupakan dengannya apa yang telah disebutkan berupa amal-amal shalih dan peribadahan dengannya. Penyerupaan ini juga menegaskan besarnya kedudukan tiga amalan yang tersebut didalam hadits, di antaranya banyak melangkah ke masjid.
Keutaman ini juga berlaku untuk seseorang yang melangkah keluar dari masjid, Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma, ia mengatakan,”Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
24.jpg
“Barangsiapa yang pergi menuju masjid untuk shalat berjama’ah, maka satu langkah akan menghapuskan satu kesalahan dan satu langkah lainnya akan ditulis sebagai satu kebajikan untuknya, baik ketika pergi maupun pulangnya.” (HR. Ahmad, hadits ini shahih).
5. Pahala orang yang keluar dalam keadaan suci (telah berwudhu) untuk melaksanakan shalat berjama’ah seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan umrah.
Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan , dari sahabat Abu Umamah radhiallahu anhu. Ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
25.jpg
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan bersuci (telah berwudhu’) untuk melaksanakan shalat fardhu (berjama’ah), maka pahalanya seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram.” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Zainul ‘Arab mengatakan dalam menjelaskan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram,” “Yakni, pahalanya sempurna.” (‘Aunul Ma’buud II/357)
Allaahu Akbar, jika sedemikian besarnya pahala orang yang keluar untuk menunaikan shalat berjama’ah , maka bagaimana halnya pahala melakukan shalat berjama’ah?
6. Orang yang keluar (menuju masjid) untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam jaminan Allah Ta’ala.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa orang yang keluar menuju shalat berjama’ah berada dalam jaminan Allah Ta’ala. Imam bu Dawud rahimahullah meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
26.jpg
“Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh syaikh al Albani)
7. Orang yang keluar untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam shalat hingga kembali ke rumah.
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia mengatakan,”Abul Qasim Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
27.jpg
“Jika salah seorang dari kalian berwudhu’ di rumahnya, kemudian datang ke masjid, maka ia berada dalam shalat hingga ia kembali. Oleh karenanya, jangan mengatakan demikian-seraya menjaringkann diantara jari-jemarinya-.” (HR. Ibnu Khuzaimah, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)
8. Kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di kegelapan (untuk melaksanakan shalat berjama’ah) dengan memperoleh cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad as Sa’di radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
28.jpg
“Hendaklah orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bergembira dengan (mendapatkan) cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (HR.Ibnu Majah, syaikh al Albani menilainya shahih)
Ath Thayyibi rahimahullah mengatakan,” Tentang disifatinya cahaya dengan kesempurnaan dan pembatasannya dengan (terjadinya di) hari Kiamat, mengisyaratkan kepada wajah kaum mukminin pada hari Kiamat, sebagaimana dalam firman Allah:
29.jpg
“Sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan,’Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami.’” (QS. At Tahriim:8) (dinukil dari ‘Aunul Ma’buud II/268)
Disampaing itu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memerintahkan kepada semua pihak agar memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan kabar gembira yang besar ini. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Buraidah radhiallahu anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
30.jpg
“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan cahay (yang akan diperolehnya) pada hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)
Al-‘Allamah ‘Abdur Ra-uf al Munawi rahimahullah menjelaskan hadits ini, “Ketika mereka berjalan dalam kesulitan karena senantiasa berjalan dalam kegelapan malam menuju ketaatan, maka mereka diberi balasan berupa cahay yang menerangi mereka pada hari Kiamat.” (Faidhul Qadiir III/201).
9. Allah menyiapkan persinggahan di Surga bagi siapa yang pergi menuju masjid atau pulang (darinya).
Di riwayatkan dari asy Syaikhan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
31.jpg
“Barangsiapa yang pergi ke masjid dan pulang (darinya), maka Allah menyiapkan untuknya persinggahan di Surga setiap kali pergi dan pulang.” (Muttafaq ‘alaih, lafazh ini milik Bukhari).
Jika persinggahan orang yang pergi menuju masjid atau pulang darinya disiapkan oleh Allah, Rabb langit dan bumi serta Pencipta alam semesta seluruhnya, maka bagaimana persingahan itu??
C. Orang Yang Datang ke Masjid adalah Tamu Allah Ta’ala
Di antara apa yang menunjukkan keutamaan shalat berjama’ah di masjid adalah apa yang dijelaskan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bahwa orang yang datang ke masjid adalah tamu Allah Ta’ala, dan yang dikunjungi wajib memuliakan tamunya. Imam ath Thabrani meriwayatkan dari Salman radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang berwudhu’ di rumahnya dengan sempurna kemudian mendatangi masjid, maka ia adalah tamu Allah, dan siapa yang di kunjunginya wajib memuliakan tamunya.” (HR. ath Thabrani)
Bagaimana cara Allah memuliakan tamu-Nya, sedangkan Dia adalah Rabb yang paling Pemurah, Penguasa langit dan bumi? Para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga menegaskan hal ini. Imam Ibnul Mubarak rahimahullah meriwayatkan dari ‘Amr bin Maimun, ia mengatakan, “Para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan,’Rumah Allah di bumi adalah masjid, dan Allah wajib memuliakan siapa yang mengunjungi-Nya di dalamnya.’” (Kiitab az Zuhd)
D. Allah Ta’ala Bergembira dengan Kedatangan Hamba-Nya ke Masjid untuk Melaksanakan Shalat Berjama’ah
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
32.jpg
“Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu’ dengan baik dan sempurna kemudian mendatangi masjid, ia tidak menginginkan kecuali shalat di dalamnya, melainkan Allah bergembira kepadanya sebagaimana keluarga orang yang pergi jauh bergembira dengan kedatangannya.” (HR.Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Imam Ibnul Atsir rahimahullah mengatakan,”Al Bassyu adalah kegembiraan kawan dengan kawannya, lemah lembut dalam persoalan dan penyambutannya. Ini adalah permisalan yang dibuat tentang penyambutan Allah kepadanya dengan karunia-Nya, mendekatkannya (kepadanya) dan memuliakannya.” (An-Nihaayah fii Ghariibil Hadits wal Atsar I/130).
E. Keutamaan Menunggu Shalat
Orang yang duduk menunggu shalat, maka ia berada dalam shalat dan Malaikat memohonkan ampunan serta memohonkan rahmat untuknya. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
33.jpg
“Salah seorang dari kalian duduk untuk menunggu shalat, maka ia berada dalam shalat selagi belum berhadats, dan para Malaikat berdo’a untuknya:’Ya Allah! Berikanlah ampunan kepadanya, ya Allah! Rahmatilah ia’.” (HR. Muslim).
Bersambung insya Allah
Maraji’:
*
Kitab Syarhu Ad Durusi Al Muhimmati li ‘Ammati Al Ummati, penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz .
*
Kitab Wajibnya Shalat Berjama’ah di Masjid, penulis Syaikh DR. Fadhl Ilahi
Bagian pertama dari dua tulisan
Shalat adalah rukun Islam kedua dan merupakan rukun Islam yang amat penting setelah syahadatain. Shalat merupakan ibadah yang harus ditunaikan dalam waktunya yang terbatas (shalat memiliki waktu-waktu tertentu) dan Allah memerintahkan kita untuk selalu menjaganya. Allah Ta’ala berfirman:
1.jpg
“Sesungguhnya shalat bagi orang mukmin ialah kewajiban yang tertentu (telah ditetapkan) waktunya.” (QS. An-Nisa:103)
2.jpg
“Jagalah shalat-shalat(mu) dan shalat wustha, dan berdirilah untuk Allah dalam keadaan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah:238)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
pic13.jpg
“Islam dibangun diatas lima perkara: syahadat bahwasanya tidak ada ilah yg berhak di sembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan shalat…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sungguh telah banyak kaum muslimin yang meninggalkan shalat, baik itu yang tidak mendirikan shalat sama sekali ataupun menyia-nyiakan shalat dengan mengakhirkan waktu shalat. Allah Ta’ala telah mengancam orang-orang yang meremehkan dan mengakhirkan shalat dari waktunya. Allah berfirman:
4.jpg
“Maka datanglah sesudah mereka (sesudah orang-orang pilihan Allah) pengganti yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui (akibat) kesesatannya.” (QS. Maryam:59)
5.jpg
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) mereka yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Ma’un:4-5)
Dan hendaknya orang-orang yang masih mempunyai iman di hatinya takut akan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Dari Jabir radhiallah anhu, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,
6.jpg
‘Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan syirik dan kafir adalah meninggalkan shalat’.” (HR. Muslim)
Pada hadits Buraidah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
7.jpg
“Perjanjian antara kita dengan mereka ialah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir.” (HR. Ahmad dan Ahlus sunan mengeluarkannya dg sanad shahih).
Sesungguhnya shalat adalah penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
8.jpg
“Sesungguhnya seseorang dari kamu jika sedang shalat, berarti ia bermunajat (berbicara) kepada Tuhannya.” (HR. Bukhari).
Dalam hadits qudsy, Allah Ta’ala berfirman:
“Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dalam dua bagian. Bagi hamba-Ku apa yang ia minta (akan diberikan). Maka jika hambaku mengucapkan:
9.jpg
‘Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam’, Maka Allah menjawab: ‘Hamba-Ku memuji-Ku’. Jika ia mengucapkan:
10.jpg
‘Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah menjawab:’Hambaku menyanjung-Ku’. Jika ia mengucapkan:
11.jpg
‘Yang menguasai hari pembalasan’, Allah menjawab:’Hamba-Ku mengagungkan-Ku’. Jika ia mengucapkan:
12.jpg
‘Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya Engkau yang kami mohon pertolongan’, Allah menjawab: ‘Ini bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta.’ Apabila ia membaca:
13.jpg
‘Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat , bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat.’ Maka Allah menjawab:’Ini bagian hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.’” (HR.Muslim)
Termasuk perkara yang menghiasi shalat adalah perintah untuk melakukan shalat berjama’ah. Bahkan begitu pentingnya shalat berjama’ah sampai-sampai mulai zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pada zaman para imam madzhab, mereka semua sangat memperhatikannya. Bukahkah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pernah mengucapkan keinginannya untuk menyuruh seseorang mengimami orang-orang, dan yang lainnya mencari kayu bakar yang kemudian akan digunakan untuk membakar rumah-rumah orang yang tidak menghadiri shalat berjama’ah?.
Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam juga pernah bersabda:
14.jpg
“Barangsiapa yang mendengar adzan, lalu ia tidak mendatanginya (ke masjid), maka tidak ada shalat baginya.” (HR. Ibnu Majah, hadits ini shahih)
Berkata Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu:
“Barangsiapa yang suka bertemu Allah kelak sebagai seorang muslim, maka hendaknya ia menjaga shalat-shalatnya, dengan shalat-shalat itu ia dipanggil. sesungguhnya Allah Ta’ala menggariskan kepada Nabi kalian jalan-jalan petunjuk (sunnah-sunnah). Seandainya kalian shalat dirumah, seperti orang yang terlambat ini shalat dirumahnya, niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, niscaya kalian tersesat. Dan tidaklah seorang laki-laki bersuci dengan sempurna lalu sengaja ke masjid di antara masjid-masjid (yang ada) kecuali Allah menuliskan baginya satu kebaikan untuk setiap langkah yang ia ayunkan dan mengangkat pula dengannya satu derajat dan dengannya pula dihapus satu dosa. Sebagaimana yang kalian ketahui, tak seorangpun meninggalkannya (shalat berjama’ah) kecuali orang munafik yang nyata kemunafikannya. Dan sungguh orang (yang berhalangan) pada masa itu, dibawa datang (ke masjid) dengan dipapah oleh dua orang lalu diberdirikan di dalam shaf.” (HR. Muslim)
Melaksanakan shalat berjama’ah juga merupakan ibadah yang paling ditekankan, ketaatan terbesar dan juga syi’ar Islam yang paling agung, tetapi banyak kalangan yang menisbatkan diri kepada Islam meremehkan hal ini. Sikap meremehkan ini bisa karena beberapa faktor, antara lain:
a. Mereka tidak mengetahui apa yang disiapkan oleh Allah Ta’ala berupa ganjaran yang besar dan pahala yang melimpah bagi orang yang shalat berjama’ah atau mereka tidak menghayati dan tidak mengingatnya.
b. Mereka tidak mengetahui hukum shalat berjama’ah atau pura-pura tidak mengetahuinya.
Oleh karena itulah, dibawah ini akan saya sampaikan keutamaan-keutamaan shalat berjama’ah dimasjid.
KEUTAMAAN SHALAT BERJAMAH
A. Hati yang Bergantung di Masjid akan Berada di Bawah Naungan (‘Arsy) Allah Ta’ala Pada Hari Kiamat.
Di antara apa yang menunjukkan keutamaan shalat berjama’ah ialah bahwa siapa yang sangat mencintai masjid untuk menunaikan shalat berjama’ah di dalamnya, maka Allah Ta’ala akan menaunginya di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiallah anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
pic21.jpg
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Rabb-nya, seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah berkumpul dan berpisah karena-Nya, seseorang yang dinginkan (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, maka ia mengatakan,’ Sesungguhnya aku takut kepada Allah’,seseorang yang bersadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang di nafkahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sepi (sendiri) lalu kedua matanya berlinang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan saat menjelaskan sabdanya, “Dan seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid.”
“artinya, sangat mencintainya dan senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di dalamnya. Maknanya bukan terus-menerus duduk di masjid.” (Syarh an Nawawi VII/121)
Al ‘Allamah al ‘Aini rahimahullah menjelaska apa yang dapat dipetik dari sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wassalam ini, “Didalamnya berisi keutamaan orang yang senantiasa berada di masjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah, karena masjid adalah rumah Allah dan rumah setiap orang yang bertakwa. Sudah sepatutnya siapa yang dikunjungi memuliakan orang yang berkunjung; maka bagaimana halnya dengan Rabb Yang Maha Pemurah?”.
B. Keutamaan Berjalan ke Masjid untuk Melaksanakan Shalat Berjama’ah
1. Dicatatnya langkah-langkah kaki menuju masjid.
(Rasul) yang berbicara dengan wahyu, kekasih yang mulia Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa langkah kaki seorang muslim menuju masjid akan dicatat. Imam Muslim meriwayatkan dai Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma, ia mengatakan,”Bani Salimah ingin pindah ke dekat masjid, sedangkan tempat tersebut kosong. Ketika hal itu sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, maka beliau bersabda:
16.jpg
“Wahai Bani Salimah! Tetaplah di pemukiman kalian, karena langkah-langkah kalian akan dicatat.”
Mereka mengatakan:
pic12.jpg
“Tidak ada yang mengembirakan kami bila kami berpindah.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan dalam menjelaskan sabdanya: “Wahai Bani Salimah! Tetaplah di pemukiman kalian, karena langkah-langkah kalian akan di catat.”
“Artinya, tetaplah dipemukiman kalian! Sebab, jika kalian tetap di pemukiamn kalian, maka jejak-jejak dan langkah-langkah kalian yang banyak menuju ke masjid akan dicatat.” (Syarh an NawawiV/169)
‘Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma mengatakan, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya, “Pemukiman kaum Anshar sangat jauh dari masjid, lalu mereka ingin agar dekat dengannya, maka turunlah ayat ini,
18.jpg
“Dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.”(QS. Yasin:12)
Akhirnya, mereka tetap tinggal di pemukiman mereka.” (HR.Ibnu Majah)
Pencatatan langkah-langkah orang yang menuju masjid bukan hanya ketika ia pergi ke masjid, tetapi juga dicatat ketika pulang darinya. Imam Muslim meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu tentang kisah seorang Anshar yang tidak pernah tertinggal dari shalat berjama’ah, dan tidak pula ia menginginkan rumahnya berdekatan dengan masjid, bahwa ia berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam:
pic31.jpg
“Aku tidak bergembira jika rumahku (terletak) didekat masjid. Aku ingin agar langkahku ke masjid dan kepulanganku ketika aku kembali kepada keluargaku dicatat.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
20.jpg
“Allah telah menghimpun semua itu untukmu.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat Ibnu Hibban:
21.jpg
“Allah telah memberikan itu semua kepadamu. Allah telah memberikan kepadamu apa yang engkau cari, semuanya.” (HR.Ibnu Majah)
2. Para Malaikat yang mulia saling berebut untuk mencatatnya.
Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat berjama’ah bahwa Allah meninggikan kedudukan langkah-langkah orang yang (berjalan) menuju ke masjid, bahkan para Malaikat yang didekatkan (kepada Allah) berebut untuk mencatatnya dan membawanya naik ke langit.
Imam at Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma, ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
pic41.jpg
“Tadi malan Rabb-ku tabaarakta wata’aala, mendatangiku dalam rupa yang paling indah.”(Perawi mengatakan,’Aku menduganya mengatakan,’Dalam mimpi.’). Lalu Dia berfirman, “Wahai Muhammad! Tahukah engkau, untuk apa para Malaikat yang mulia saling berebut?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam berkata:”Aku menjawab,’Tidak’. Lalu Dia meletakkan Tangan-Nya di antara kedua pundakku sehingga aku merasakan kesejukannya di dadaku (atau beliau mengatakan,’Di leherku’). Lalu aku mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.”Dia berfirman,”Wahai Muhammad!Tahukah engkau untuk apa para Malaikat yang mulia saling berebut?” Aku menjawab,”Ya, tentang kaffarat (perkara-perkara yang menghapuskan dosa). Kaffarat itu adalah diam di masjid setelah melaksanakan shalat, berjalan kaki untuk melaksanakan shalat berjama’ah, dan menyempurnakan wudhu pada saat yang tidak disukai.” (HR. Tirmidzi, hadits ini shahih).
Seandainya berjalan kaki untuk shalat berjama’ah tidak termasuk amal yang mulia, niscaya para Malaikat muqarrabun tidak akan berebut untuk mencatat dan membawanya naik ke langit.
3. Berjalan menuju shalat berjama’ah termasuk salah satu sebab mendapatkan jaminan berupa kehidupan yang baik dan kematian yang baik pula.
Tidak hanya para Malaikat saling berebut untuk mencatat amalan berjalan kaki menuju shalat berjama’ah, bahkan Allah menjadikan jaminan kehidupan yang baik dan kematian yang baik pula. Disebutkan dalam hadist terdahulu:
“Barangsiapa yang melakukan hal itu – yakni tiga amalan yang disebutkan dalam hadits, di antaranya berjalan kaki menuju shalat berjama’ah – maka ia hidup dengan baik dan mati dengan baik pula.”
Betapa besar jaminan ini! Kehidupan yang baikdan kematian yang baik. siapakah yang menjanjikan hal itu? Dia-lah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada seorangpun yang lebih menepati janji selain Dia.
4. Berjalan menuju shalar berjama’ah termasuk salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-kesalahan dan ditinggikannya derajat.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
23.jpg
“Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang perkara yang akan menghapuskan kesalahan-kesalahan dan juga mengangkat beberapa derajat?” Para sahabat menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,”Menyempurnakan wudhu’ pada saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-tibath (berjuang di jalan Allah).” (HR. Muslim).
Ar-ribath pada asalnya -sebagaimana dikatakan oleh al Imam Ibnul Atsir–adalah berdiri untuk berjihad untuk memerangi musuh, mengikat kuda dan menyiapkannya. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menyerupakan dengannya apa yang telah disebutkan berupa amal-amal shalih dan peribadahan dengannya. Penyerupaan ini juga menegaskan besarnya kedudukan tiga amalan yang tersebut didalam hadits, di antaranya banyak melangkah ke masjid.
Keutaman ini juga berlaku untuk seseorang yang melangkah keluar dari masjid, Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma, ia mengatakan,”Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
24.jpg
“Barangsiapa yang pergi menuju masjid untuk shalat berjama’ah, maka satu langkah akan menghapuskan satu kesalahan dan satu langkah lainnya akan ditulis sebagai satu kebajikan untuknya, baik ketika pergi maupun pulangnya.” (HR. Ahmad, hadits ini shahih).
5. Pahala orang yang keluar dalam keadaan suci (telah berwudhu) untuk melaksanakan shalat berjama’ah seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan umrah.
Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan , dari sahabat Abu Umamah radhiallahu anhu. Ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
25.jpg
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan bersuci (telah berwudhu’) untuk melaksanakan shalat fardhu (berjama’ah), maka pahalanya seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram.” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Zainul ‘Arab mengatakan dalam menjelaskan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram,” “Yakni, pahalanya sempurna.” (‘Aunul Ma’buud II/357)
Allaahu Akbar, jika sedemikian besarnya pahala orang yang keluar untuk menunaikan shalat berjama’ah , maka bagaimana halnya pahala melakukan shalat berjama’ah?
6. Orang yang keluar (menuju masjid) untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam jaminan Allah Ta’ala.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa orang yang keluar menuju shalat berjama’ah berada dalam jaminan Allah Ta’ala. Imam bu Dawud rahimahullah meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
26.jpg
“Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh syaikh al Albani)
7. Orang yang keluar untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam shalat hingga kembali ke rumah.
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia mengatakan,”Abul Qasim Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
27.jpg
“Jika salah seorang dari kalian berwudhu’ di rumahnya, kemudian datang ke masjid, maka ia berada dalam shalat hingga ia kembali. Oleh karenanya, jangan mengatakan demikian-seraya menjaringkann diantara jari-jemarinya-.” (HR. Ibnu Khuzaimah, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)
8. Kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di kegelapan (untuk melaksanakan shalat berjama’ah) dengan memperoleh cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad as Sa’di radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
28.jpg
“Hendaklah orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bergembira dengan (mendapatkan) cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (HR.Ibnu Majah, syaikh al Albani menilainya shahih)
Ath Thayyibi rahimahullah mengatakan,” Tentang disifatinya cahaya dengan kesempurnaan dan pembatasannya dengan (terjadinya di) hari Kiamat, mengisyaratkan kepada wajah kaum mukminin pada hari Kiamat, sebagaimana dalam firman Allah:
29.jpg
“Sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan,’Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami.’” (QS. At Tahriim:8) (dinukil dari ‘Aunul Ma’buud II/268)
Disampaing itu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memerintahkan kepada semua pihak agar memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan kabar gembira yang besar ini. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Buraidah radhiallahu anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
30.jpg
“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan cahay (yang akan diperolehnya) pada hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)
Al-‘Allamah ‘Abdur Ra-uf al Munawi rahimahullah menjelaskan hadits ini, “Ketika mereka berjalan dalam kesulitan karena senantiasa berjalan dalam kegelapan malam menuju ketaatan, maka mereka diberi balasan berupa cahay yang menerangi mereka pada hari Kiamat.” (Faidhul Qadiir III/201).
9. Allah menyiapkan persinggahan di Surga bagi siapa yang pergi menuju masjid atau pulang (darinya).
Di riwayatkan dari asy Syaikhan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
31.jpg
“Barangsiapa yang pergi ke masjid dan pulang (darinya), maka Allah menyiapkan untuknya persinggahan di Surga setiap kali pergi dan pulang.” (Muttafaq ‘alaih, lafazh ini milik Bukhari).
Jika persinggahan orang yang pergi menuju masjid atau pulang darinya disiapkan oleh Allah, Rabb langit dan bumi serta Pencipta alam semesta seluruhnya, maka bagaimana persingahan itu??
C. Orang Yang Datang ke Masjid adalah Tamu Allah Ta’ala
Di antara apa yang menunjukkan keutamaan shalat berjama’ah di masjid adalah apa yang dijelaskan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bahwa orang yang datang ke masjid adalah tamu Allah Ta’ala, dan yang dikunjungi wajib memuliakan tamunya. Imam ath Thabrani meriwayatkan dari Salman radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang berwudhu’ di rumahnya dengan sempurna kemudian mendatangi masjid, maka ia adalah tamu Allah, dan siapa yang di kunjunginya wajib memuliakan tamunya.” (HR. ath Thabrani)
Bagaimana cara Allah memuliakan tamu-Nya, sedangkan Dia adalah Rabb yang paling Pemurah, Penguasa langit dan bumi? Para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga menegaskan hal ini. Imam Ibnul Mubarak rahimahullah meriwayatkan dari ‘Amr bin Maimun, ia mengatakan, “Para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan,’Rumah Allah di bumi adalah masjid, dan Allah wajib memuliakan siapa yang mengunjungi-Nya di dalamnya.’” (Kiitab az Zuhd)
D. Allah Ta’ala Bergembira dengan Kedatangan Hamba-Nya ke Masjid untuk Melaksanakan Shalat Berjama’ah
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
32.jpg
“Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu’ dengan baik dan sempurna kemudian mendatangi masjid, ia tidak menginginkan kecuali shalat di dalamnya, melainkan Allah bergembira kepadanya sebagaimana keluarga orang yang pergi jauh bergembira dengan kedatangannya.” (HR.Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Imam Ibnul Atsir rahimahullah mengatakan,”Al Bassyu adalah kegembiraan kawan dengan kawannya, lemah lembut dalam persoalan dan penyambutannya. Ini adalah permisalan yang dibuat tentang penyambutan Allah kepadanya dengan karunia-Nya, mendekatkannya (kepadanya) dan memuliakannya.” (An-Nihaayah fii Ghariibil Hadits wal Atsar I/130).
E. Keutamaan Menunggu Shalat
Orang yang duduk menunggu shalat, maka ia berada dalam shalat dan Malaikat memohonkan ampunan serta memohonkan rahmat untuknya. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
33.jpg
“Salah seorang dari kalian duduk untuk menunggu shalat, maka ia berada dalam shalat selagi belum berhadats, dan para Malaikat berdo’a untuknya:’Ya Allah! Berikanlah ampunan kepadanya, ya Allah! Rahmatilah ia’.” (HR. Muslim).
Bersambung insya Allah
Maraji’:
*
Kitab Syarhu Ad Durusi Al Muhimmati li ‘Ammati Al Ummati, penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz .
*
Kitab Wajibnya Shalat Berjama’ah di Masjid, penulis Syaikh DR. Fadhl Ilahi
Langganan:
Postingan (Atom)